“Ketika pendakian telah sampai puncak, tak ada pilihan lain selain turun, kecuali kalau bisa terbang”
Baik buruk sebuah nilai, mungkin hanya sebatas kebiasaan saja. Seseorang yang telah terbiasa berbuat baik ketika melakukan suatu kebaikan tidak lagi dinilai sebagai kebaikan. Berbeda ketika orang jahat yang melakukan sebuah kebaikan, bias jadi namanya di agung-agungkan kalau perlu di jadikan man of the year.
Tidak berbeda dengan perasaanku hari ini, jadi orang baik payah, selalu dimanfaatkan orang lain, terlalu sosial hingga yang terjadi malahan selalu sial. Ketika banyak orang yang dengan tenang bekerja mendapatkan penghasilan, saya malah harus mengadakan sebuah kegiatan yang justru menguras tenaga, pikiran, dan uang. Entah mengapa selama ini saya merasa baik-baik saja. Mungkin karena saya tidak berpikir macam-macam. Hingga akhirnya pikiran yang bermacam-macampun mulai muncul, apabila melihat kebelakang, berapa rupiah yang aku habiskan untuk kegiatan. Berapa waktu yang aku curahkan hingga meninggalkan order yang lumayan.
Yah sekarang aku mulai memikirkan itu. Aku bertekad untuk menjadi orang egois, persetan dengan orang lain, persetan dengan masyarakat, toh mereka tidak pernah memikirkan aku. Yah mungkin di sinilah ujian keikhlasan. Semakin saya membicarakan kebaikan saya semakin mengurangi keikhlasan saya. Padahal keburukan saya lebih banyak, tapi justru tidak saya ingat.
Tapi…. Ada sesuatu yang mengganjal. Pertanyaan yang tak bisa aku jawab. Kapan aku pernah jadi orang baik? Kapan aku bermanfaat bagi orang lain? Kapan aku bermanfaat bagi masyarakat? Agaknya aku belum seperti itu, aku belumlah menjadi orang baik, kenapa mesti bosan jadi orang baik. Bahkan ketika aku memutuskan untuk berhenti jadi orang baik, aku merasa jadi orang yang paling jahat sedunia. Yah…karena sebelumnya aku memang sudah jahat. Aku sangatlah egois, melakukan sesuatu demi kesenanganku sendiri.
Kenapa mesti bosan jadi orang baik, sedangkan aku sendiri belum menjadi anak yang baik.
NB: Jangan pernah bosan menjadi orang baik yang bermanfaat bagi masyarakat. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Percayalah hal yang baik akan mendatangkan kebaikan pula, meskipun tidak secara tunai. Semua ada waktunya. Jangan pernah bosan jadi orang baik. Cukup saya saja yang merasakan.
Karya : Abdul Sukur
Edited by : www.faktakita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar