Seperti biasa, setiap pagi sesampai di sekolah Citra
duduk sendirian di depan kelasnya. Bocah dengan memakai seragam SD dan rambut
diikat dua itu duduk dengan mengayun ayunkan kakinya yang mungil serta
berdendang lirih dengan wajah ceria.
Tiba-tiba seorang anak kecil seumuran dengannya datang
diantar mamanya, Citra belum mengenalnya. “Itu pasti anak baru”, pikirnya dalam
hati.
“Apa mama
benar-benar nggak mau menemani aku di sini? Hanya untuk hari ini saja... “,
terdengar suara rengekan seorang anak perempuan di sebelahnya. “Maafkan mama
sayang, mama tidak bisa menemanimu di hari pertama sekolah barumu”.
Keadaan hening sebentar sampai akhirnya terdengar
suara langkah kaki,”Mama pergi sekarang ya, kamu jaga diri baik-baik, segeralah
mencari teman dan menyesuaikan diri di sekolah ini. Daaa..”, lanjut ibu anak
perempuan itu. Selanjutnya Citra mengerutkan keningnya. “Apakah ibu itu tidak
peduli dengan putrinya yang baru saja masuk sekolah?”
Detik kemudian, Citra mendengar anak perempuan itu
menangis. “Jangan menangis lagi”, Citra yang tidak tahan mendengar tangisan
teman barunya itu. Anak manis berambut panjang itu terkejut mendengar Citra
yang dari awal duduk tak jauh dari tempatnya, tiba-tiba berbicara kepadanya. Ia
segera menegakkan posisi duduknya lalu menghapus air matanya. “Kamu anak baru
kan? “, tanya Citra memastikan. Anak itu menatap Citra dengan sinis lalu
mengubah posisi tubuhnya membelakangi Citra. “Hey kamu pindahan dari sekolah
mana?”, tanya Citra lagi berusaha mengakrabkan. Tidak ada tanggapan sama
sekali, anak itu duduk tanpa mempedulikan Citra yang banyak bicara. Melihat
tanggapan dingin dari teman barunya, Citra sama sekali tidak merasa kesal.
Justru, ia semakin penasaran. Rasa penasaran itu pula yang membuatnya berani bangkit
dari tempat duduknya dan mendekati tempat duduk gadis itu.
“Namaku Citra, nama kamu?” Citra mengulurkan tangannya
begitu ia di depan anak itu. Namun tanggapan yang didapatnya masih sama. Anak
itu tidak membalas uluran tangan Citra.
Citra menarik napas panjang lalu tersenyum manis .”Aku
Citra. Kamu?” ia mengulangi kata-kata perkenalannya.
Beberapa saat kemudian, perlahan namun pasti, anak itu
mengubah posisi duduknya lalu membalas uluran tangan Citra dengan hati-hati dan
menyebutkan namanya dengan suara pelan nyaris tak terdengar,”Viola”.
Kedua anak itu duduk bersama sambil mengobrol. Awalnya
selalu Citra yang mencari bahan obrolan , sementara Viola menjawab setiap
pertanyaannya dengan singkat. Tapi, setelah beberapa saat bersama Viola
terlihat mulai mengakrabkan dirinya dengan Citra.
Bel tanda masuk pun berbunyi. Citra masuk ke kelasnya
berpisah dengan Viola yang menunggu guru, untuk mengetahui di kelas mana dia
akan ditempatkan.
Tak lama kemudian seorang guru masuk bersama Viola ke
kelas Citra. Citra sangat senang bisa sekelas dengan Viola. Begitu pun Viola.
Apalagi mereka duduk sebangku.
Jam istirahat pun berbunyi. “Ayo, aku ajak kamu
keliling sekolah!”, ujar Citra dengan semangat. Kemudian menarik tangan teman
barunya keluar dari kelas mereka.”Kamu mau ngajak aku kemana Cit?”, tanya Viola
sambil melihat pergelangan tangannya yang digenggam kuat oleh Citra. Citra
hanya tersenyum manis pada Viola.
“Aku mau nunjukkin tempat yang paling aku suka di
sekolah ini”, kata Citra sambil melangkahkan kakinya diikuti Viola yang
berjalan pelan di belakangnya.
Kedua anak itu menghentikan langkah kakinya di sebuah
taman. Taman kecil yang penuh dengan pohon yang rindang, serta beberapa jenis
bunga yang memagari taman tersebut. Citra menatap Viola yang berdiri di sampingnya,
“Taman ini letaknya cukup tersembunyi. Jarang sekali siswa yang datang ke sini,
karena letaknya jauh dari kelas”. “Kamu sering ke sini?”, tanya Viola. Citra
mengagguk. “Setiap hari”, jawabnya sambil duduk bersila di atas rumput dengan
Viola yang duduk di sampingnya. “Aku sangat suka tempat ini, tenang, nyaman dan
indah”, lanjut Citra sambil mengeluarkan alat lukisnya. “Kamu bisa melukis?”,
tanya Viola. “Sedikit. Lukisanku masih jelek.”
Citra mulai menggoreskan pensil di atas kertas kosong
dihadapannya. Viola melihat lukisan Citra yang sudah jadi sebelumnya. “Aku suka
lukisanmu, apalagi yang ini”, kata Viola sambil menunjukkan sebuah halaman
dengan gambar yang bertemakan persahabatan pada Citra.
“Aku juga paling suka dengan gambar itu”, tanggap
Citra. “Kenapa?”, tanya Viola. “Karena aku menginginkan seorang sahabat yang
selalu menemaniku, apalagi kalau berada di taman ini”, jawab Citra. Viola
menatap Citra. Lalu berkata,”Aku mau jadi sahabatmu, aku juga mau menemanimu di
taman ini, atau pun di tempat-tempat lain. Karena kamu begitu baik padaku dan
dapat kurasakan itu dihatiku”, Citra kaget mendengar perkataan Viola. “Mana
jari kelingkingmu?”, tanya Viola sambil mengulurkan jari keligkingnya ke Citra.
Citra pun menyambutnya.
Mereka berjanji akan selalu bersama dan menjaga
persahabatan mereka.
Taufiqi Agmalina
Unsur-unsur Intrinsik
Judul : Sebuah Kisah Kecil
Tema : Persahabatan.
Tokoh dan perwatakan
Citra : Ceria, pemberani,
pengertian, penuh semangat, baik.
Viola : Pemalu, sedikit
manja, baik, perhatian.
Mama Viola : Baik hati.
Alur : Alur maju.
Sudut pandang: Orang ketiga.
Latar tempat : Di depan kelas.
Di dalam kelas.
Di taman.
Latar waktu : Pagi hari.
Amanat
: Selalu ada untuk
sahabat. Kita berbagi untuk sahabat. Kita bisa, jika bersama.
Nama: Taufiqi Agmalina
No : 29/ X2Animated and Translated by : www.faktakita.com
kunjungan malam, gan! ane suka banget ma pesannya: sahabat memang slalu punya tempat buat berbagi!
BalasHapussip! :)
setuju gan..
Hapussahabat selalu teh best deh pokoknya..
Kunjungan di tunggu kunjungan baliknya :D
BalasHapussiap gan :)
Hapushahaha