Laman

Senin, 23 Januari 2012

Sebuah Kisah Kecil

Seperti biasa, setiap pagi sesampai di sekolah Citra duduk sendirian di depan kelasnya. Bocah dengan memakai seragam SD dan rambut diikat dua itu duduk dengan mengayun ayunkan kakinya yang mungil serta berdendang lirih dengan wajah ceria.


Tiba-tiba seorang anak kecil seumuran dengannya datang diantar mamanya, Citra belum mengenalnya. “Itu pasti anak baru”, pikirnya dalam hati.
 “Apa mama benar-benar nggak mau menemani aku di sini? Hanya untuk hari ini saja... “, terdengar suara rengekan seorang anak perempuan di sebelahnya. “Maafkan mama sayang, mama tidak bisa menemanimu di hari pertama sekolah barumu”.
Keadaan hening sebentar sampai akhirnya terdengar suara langkah kaki,”Mama pergi sekarang ya, kamu jaga diri baik-baik, segeralah mencari teman dan menyesuaikan diri di sekolah ini. Daaa..”, lanjut ibu anak perempuan itu. Selanjutnya Citra mengerutkan keningnya. “Apakah ibu itu tidak peduli dengan putrinya yang baru saja masuk sekolah?”
Detik kemudian, Citra mendengar anak perempuan itu menangis. “Jangan menangis lagi”, Citra yang tidak tahan mendengar tangisan teman barunya itu. Anak manis berambut panjang itu terkejut mendengar Citra yang dari awal duduk tak jauh dari tempatnya, tiba-tiba berbicara kepadanya. Ia segera menegakkan posisi duduknya lalu menghapus air matanya. “Kamu anak baru kan? “, tanya Citra memastikan. Anak itu menatap Citra dengan sinis lalu mengubah posisi tubuhnya membelakangi Citra. “Hey kamu pindahan dari sekolah mana?”, tanya Citra lagi berusaha mengakrabkan. Tidak ada tanggapan sama sekali, anak itu duduk tanpa mempedulikan Citra yang banyak bicara. Melihat tanggapan dingin dari teman barunya, Citra sama sekali tidak merasa kesal. Justru, ia semakin penasaran. Rasa penasaran itu pula yang membuatnya berani bangkit dari tempat duduknya dan mendekati tempat duduk gadis itu.
“Namaku Citra, nama kamu?” Citra mengulurkan tangannya begitu ia di depan anak itu. Namun tanggapan yang didapatnya masih sama. Anak itu tidak membalas uluran tangan Citra.
Citra menarik napas panjang lalu tersenyum manis .”Aku Citra. Kamu?” ia mengulangi kata-kata perkenalannya.
Beberapa saat kemudian, perlahan namun pasti, anak itu mengubah posisi duduknya lalu membalas uluran tangan Citra dengan hati-hati dan menyebutkan namanya dengan suara pelan nyaris tak terdengar,”Viola”.
Kedua anak itu duduk bersama sambil mengobrol. Awalnya selalu Citra yang mencari bahan obrolan , sementara Viola menjawab setiap pertanyaannya dengan singkat. Tapi, setelah beberapa saat bersama Viola terlihat mulai mengakrabkan dirinya dengan Citra.
Bel tanda masuk pun berbunyi. Citra masuk ke kelasnya berpisah dengan Viola yang menunggu guru, untuk mengetahui di kelas mana dia akan ditempatkan.
Tak lama kemudian seorang guru masuk bersama Viola ke kelas Citra. Citra sangat senang bisa sekelas dengan Viola. Begitu pun Viola. Apalagi mereka duduk sebangku.
Jam istirahat pun berbunyi. “Ayo, aku ajak kamu keliling sekolah!”, ujar Citra dengan semangat. Kemudian menarik tangan teman barunya keluar dari kelas mereka.”Kamu mau ngajak aku kemana Cit?”, tanya Viola sambil melihat pergelangan tangannya yang digenggam kuat oleh Citra. Citra hanya tersenyum manis pada Viola.
“Aku mau nunjukkin tempat yang paling aku suka di sekolah ini”, kata Citra sambil melangkahkan kakinya diikuti Viola yang berjalan pelan di belakangnya.
Kedua anak itu menghentikan langkah kakinya di sebuah taman. Taman kecil yang penuh dengan pohon yang rindang, serta beberapa jenis bunga yang memagari taman tersebut. Citra menatap Viola yang berdiri di sampingnya, “Taman ini letaknya cukup tersembunyi. Jarang sekali siswa yang datang ke sini, karena letaknya jauh dari kelas”. “Kamu sering ke sini?”, tanya Viola. Citra mengagguk. “Setiap hari”, jawabnya sambil duduk bersila di atas rumput dengan Viola yang duduk di sampingnya. “Aku sangat suka tempat ini, tenang, nyaman dan indah”, lanjut Citra sambil mengeluarkan alat lukisnya. “Kamu bisa melukis?”, tanya Viola. “Sedikit. Lukisanku masih jelek.”
Citra mulai menggoreskan pensil di atas kertas kosong dihadapannya. Viola melihat lukisan Citra yang sudah jadi sebelumnya. “Aku suka lukisanmu, apalagi yang ini”, kata Viola sambil menunjukkan sebuah halaman dengan gambar yang bertemakan persahabatan pada Citra.
“Aku juga paling suka dengan gambar itu”, tanggap Citra. “Kenapa?”, tanya Viola. “Karena aku menginginkan seorang sahabat yang selalu menemaniku, apalagi kalau berada di taman ini”, jawab Citra. Viola menatap Citra. Lalu berkata,”Aku mau jadi sahabatmu, aku juga mau menemanimu di taman ini, atau pun di tempat-tempat lain. Karena kamu begitu baik padaku dan dapat kurasakan itu dihatiku”, Citra kaget mendengar perkataan Viola. “Mana jari kelingkingmu?”, tanya Viola sambil mengulurkan jari keligkingnya ke Citra. Citra pun menyambutnya. 
Mereka berjanji akan selalu bersama dan menjaga persahabatan mereka.
  
                                                   Taufiqi Agmalina               


Unsur-unsur Intrinsik
  
Judul                 : Sebuah Kisah Kecil
Tema                 : Persahabatan.

Tokoh dan perwatakan
Citra                  : Ceria, pemberani, pengertian, penuh semangat, baik.
Viola                  : Pemalu, sedikit manja, baik, perhatian.
Mama Viola     : Baik hati.

Alur                   : Alur maju.

Sudut pandang: Orang ketiga.

Latar tempat    : Di depan kelas.
                             Di dalam kelas.
                             Di taman.

Latar waktu      : Pagi hari.

Amanat              : Selalu ada untuk sahabat. Kita berbagi untuk sahabat. Kita bisa, jika bersama.
                                                                                               



Nama: Taufiqi Agmalina
No       : 29/ X2
Animated and Translated by : www.faktakita.com

4 komentar:

  1. kunjungan malam, gan! ane suka banget ma pesannya: sahabat memang slalu punya tempat buat berbagi!
    sip! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju gan..
      sahabat selalu teh best deh pokoknya..

      Hapus
  2. Kunjungan di tunggu kunjungan baliknya :D

    BalasHapus