Hai teman – teman, masih bersama Stanley
Wijaya dalam website kesayangannya yaitu www.faktakita.com yang pastinya akan
selalu setia menemani kalian semua dalam setiap postingannya. Dalam postingan
kali ini, saya akan share tentang pengalaman saya di Kantor Imigrasi saat saya
sedang membuat paspor bersama teman-teman saya. Ingin tahu lebih lanjut? Check it
out yeah ...
Hari itu merupakan hari
yang mengesankan bagi saya, karena pada hari itu merupakan hari yang penting
dan bersejarah karena saya pertama kali membuat paspor. Ya, yang ku dapatkan
saat ini adalah paspor pertama saya untuk pertukaran pelajar dengan
sisterschool di Perth, Australia.
Untuk mengurus paspor
tersebut, kami pun harus mengurusnya di kantor imigrasi di luar kota karena di
Magetan belum ada kantor yang menangani permohonan paspor tersebut. Kami pun
berangkat dengan keadaan senang dan pastinya semangat.
Sesampainya di lokasi
tersebut, kami pun segera masuk dan menuju ke kursi antrean. Pak Eko selaku guru
yang menangani murid-murid yang berprestasi ini segera menuju ke antrean utama
untuk mengambil nomor antrean. Saya dan teman-teman yang menunggu Pak Eko,
sering melirik ke sebuah ruangan yang di dalamnya berisi orang-orang yang
mengurus paspor. Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya kami pun menuju ke
ruangan tersebut. Di sinilah cerita di mulai...
Di saat kami mengantri,
ada orang masuk dengan pakaian punk ala preman. Rambutnya bisa dibilang seperti
Andhika “Kangen Band”. Lalu ia ditanya...
X : “Mau ngapain mas...??”
Y : “Registrasi pak” jawabnya singkat.
Y : “Registrasi pak” jawabnya singkat.
X : “Dari PT mana..??”
Y : “Aduhh, lupa pak..”
X : “Tanggal lahirnya??”
Y : “Lupa pak, maaf”
Y : “Lupa pak, maaf”
Orang itu keluar untuk
bertanya kepada bosnya tentang informasi yang ditanyakan petugas paspor
tersebut. Ketika orang itu masuk kembali...
X : “Ya udah mas, pake jas buat foto dulu! Kalo
TKI wajib mas!” jawabnya judes.
Setelah memakai jas tersebut...
X : (plokk..plokk..plokk) “Mau konser dimana
mas??” sindirnya.
Orang itu pun tetap bersabar dan tidak terbawa
emosi. Sesaat sebelum di foto..
X : “Rambutnya mas! Jangan menutupi alis sama
kuping! Mau bikin paspor kok pake kaos to mas! Arrghhh” bentaknya.
Waktu ia sedang mengantri untuk menuju ke petugas
lainnya..
X : “Mas minggir dulu aja! Ngga penting kamu!
Lanjut yang lainnya!”
Setelah intruksi dari petugas tersebut, mbak
Amalia pun menuju ke posisinya. Ia pun juga dibentak karena sebelumnya Argata
(teman saya) tidak membawa akta dan ijazah asli.
X : “Ini semua kok ngga bawa ijazah dan akta asli
semua sih? Siapa yang ngurus!?!” sahutnya dengan nada ketus.
Akhirnya aku berdoa dalam hati, “Ya Tuhan
tabahkanlah hatiku semoga ngga kaya gitu, aku juga ngga bawa data yang asli”.
Beberapa saat kemudian aku dipanggil petugas di sebelahnya.
Z : “Mas kamu ambil antrean disini aja J “ sahutnya
ramah.
Mungkin aku dipersilakan ke antrean tersebut
karena sebelumnya dia bertanya padaku,..
Z : “Mas sekolahnya dimana??”
A: “Maaf pak, Apa..??”
Z: “Sekolahnya?”
A: “Apa?”
A: “Apa?”
Z: “Sekolahnya mas!”
A: “Owalah, di SMAN 1 Magetan pak J”
Seperti itulah percakapan sebelum saya dipanggil
ke antreannya. Setelah aku menunggu lumayan lama, ternyata ini tiba giliranku.
Dia terlihat ramah dan tampan.
Z: “Namanya siapa mas?”
A: “Stanley Wijaya, pak”
Z: “Tempat dan tanggal lahir?”
A: “18 September 1996, pak”
....
Seperti itulah sedikit contoh perbincangan kami di
antrean tersebut. Setiap di wawancarai, aku pun berusaha menjawab semaksimal
mungkin. Vennic pun dari kejauhan berharap mendapat posisi seperti aku karena
petugasnya ramah dan baik. Tapi sebaliknya, setelah mbak Amalia selesai, Vennic
lah yang mendapat petugas galak itu. Selalu dibentak, mungkin itu yang menjadi perbincangan
di dalam hatinya. Dan aku pun kembali ke perugas yang tadi untuk tanda tangan.
Di berikan bolpoin dengan ramah sambil menunjukkan tempat tanda tangannya. Sedangkan
Vennic, Argata, dan Mbak Amalia diberi bolpoin oleh petugas itu dengan “dilempar”.
Dan
akhirnya aku pun selesai. Aku mengucapkan terima kasih kepada petugas yang
ramah itu. Aku segera membukan pintu dan memberikan sejenis faktur paspor itu
kepada Pak Eko, sambil mengejek mas Bida dengan bantuan Vennic, Argata, dan
Mbak Amalia karena mas Bida ada sedikit masalah dengan KTP-nya yang dikira belum
punya. Akhirnya kami pun meninggalkan lokasi tersebut dan berganti ke lokasi
yang baru, yaitu Nasi Pecel Bu NO. Ya, lapar yang kami tahan semenjak berangkat
dari sekolah pukul 11 sampai pukul 4 sore ini serta setelah insiden mas Bida
yang hilang di sekolahnya sendiri menjadi pengalaman yang unik bagi kami. Dan pastinya
“TAKKAN” tergantikan oleh apapun.
~TAMAT~
Bila ada kata yang kurang sopan, saya minta maaf.
Jika ada lebihnya, ini merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa.
Arrigatou Gozaimasu
Semoga sukses selalu.
BalasHapusAMIN..
BalasHapusThanks yaa gan ^^
Saya juga pernah dulu ngurus pasport, lama banget antreannya
BalasHapushahhaa. iyaa gan :)
HapusBegitulah. campur aduk sama TKI, dkk
Wah Keren Pertukaran Pelajar.......
BalasHapushttp://ziggy-one.blogspot.com
Follow back
iyaa :)
Hapussukses gan