Laman

Selasa, 26 Juni 2012

Ayah..

Tua merayap jiwa yang rentah,
Menghardik nostalgia yang pudar.
Seraya nadi berhenti tanpa sadar,
Berjalan dengan keluh di dalam kegelapan.


Tak mendengar lagi,
deburan rintik hujan,
yang menyerang.
Tak jelas arah,
dan letih menghampiri.
Yang ku tahu,
kau tetap berjalan,
mesti tajamnya paku.
Mencari demi sesuap nasi,
dan cita anakmu.

Hatiku tergoyah..,
ketika ku melihat,
kerutan yang mulai tampak di wajahmu.
Saat kau terpulas,
buliran mutiara jatuh,
dari mata indahmu.
Dulu aku yang selalu kau timang,
dengan nyanyian merdu.

Tapi kini...
Engkau yang ku timang,
dengan jari-jemariku dan nyanyian nostalgia.
Aku hanya bersyukur,
karna Ia tak merenggut ayahku,
Ayah tulang punggung hidup kami.


Puisi terbaik versi FC 24 Juni 2012
(Filesky Community)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar