Laman

Senin, 02 Juli 2012

Budaya Corat-Coret Saat Kelulusan, Perlu Gak Sih?

  Entah sejak kapan kelulusan selalu diwarnai dengan acara corat-coret. Konon, ini adalah euroforia atas kelulusan para siswa setelah melewati Ujian Nasional yang menentukan masa depan. Bahkan, ada sebagian kalangan siswa yang melakukan acara ini setelah Ujian Nasional selesai, meski mereka belum tahu lulus atau tidaknya. Tak hanya acara coret-mencoret, para siswa lulusan juga tak jarang mengadakan konvio di jalan-jalan dan tak jarang menimbulkan kemacetan dan suara bising dan dapat mengganggu masyarakat sekitar jalan yang dilalui saat konvoi.


    Sebenarnya, budaya coret-coret dan konvio saar kelulusan itu perlu gak, sih? Hmm, bingung juga kalau disuruh menjawab. Pasti ada jawaban yang pro maupun kontra. Ada yang mendukung, ada pula yang mencibir. Bagi kalangan yang mendukung, acara semacam ini merupakan acara wajib. "Emang salah ya, kalau kita mau meluapkan kegembiraan?". Kira-kira begitulah apa yang akan mereka katakan kalau kita bertanya mengapa harus mengikuti acara corat-coret seragam SMA yang telah beberapa tahun dikenakan. Bagi mereka, itu bukanlah hal yang melanggar hukum. Hanya bentuk pengungkapan rasa gembira.


  Akan tetapi, bagi mereka yang kontra, hal tersebut dianggap tidak perlu. Bahkan cenderung merugikan. Mereka menganggap bahwa hal tersebut hanya akan membuang waktu dan tenaga. Banyak hal terbuang percuma hanya untuk kegiatan yang tak berguna. Membuang bensin hanya untuk konvoi disertai "bleyer-bleyeran" dan akhirnya mengganggu orang di sekitar jalan tempat konvoi. Membuang uang hanya untuk membeli cat semprot hanya untuk saling menyemprot dan mencoret baju sendiri dan baju teman. Selain itu, bukankah baju tersebut lebih baik disimpan dan dijaga dengan baik untuk diberikan pada adiknya kelak atau orang yang membutuhkan?

  Mungkin, tak ada salahnya jika kita mengubah kebiasaan tersebut. Dengan melakukan aksi bersih lingkungan, misalnya : seperti yang dilakukan para siswa SMA Negeri 1 Magetan. Tak perlu membuang tenaga maupun materi dengan percuma. Justru hal tersebut sangat bermanfaat. Dengan dibimbin oleh Pak Pudjo, para siswa membersihkan jalan sepanjang SMA sampai alun-alun. Bahkan, hal ini mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Tak hany masyarakat, bahkan kegiatan ini diliput oleh sebuah radio yang menyiarkannya secara langsung. Bukankah selain mengharumkan nama baik SMA Negeri 1 Magetan, acara ini juga dapat membuat lingkungan lebih bersih dan nyaman, tentunya.



  Jadi, perlu gak sih kita mempertahankan budaya corat-coret saat kelulusan atau setelah Ujian Nasional? Sobat Dika pasti udah tau sendiri jawaban apa yang harus diberikan. Seperti kata seorang pembawa acara sebuah acara televisi, bahwa hanya orang bijak yang dapat mengambil pelajaran atas suatu kejadian. Semoga sobat Dika dapat mengambil pelajaran tersebut dan melakukan hal yang berguna. Serta berpikir dahulu sebelum bertindak, apakah tindakan tersebut akan bermanfaat atau tidak.

By : K_K
Mahardika SMA Negeri 1 Magetan edisi 51
(Majalah Harapan Remaja Dinamis Kreatif Aktif)

2 komentar:

  1. betul lebih baik gg usah ada corat coret gg ada guananya malah merugikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, setuju (y)
      Selain itu kan bahan untuk corat-coret mengandung minyak juga.
      kalo dipakai, akan mengurangi simpanan SDA Indonesia

      Hapus