Laman

Kamis, 14 Februari 2013

Regina Pacis Magetan : KOKI Edisi 194

Ul 4:1-2.6-8;Yak1:17-18.21-27;Mrk7:1-23
                Pernyataan ini penting: “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul pikiran jahat.” Bagaimana Sabda Tuhan ini dimaknai dalam hidup?
                Pertama, Saringlah atau pilihlah yang dari luar sebelum kita masukkan dalam hati dan pikiran kita agar kita mendapat “vitamin” kehidupan sehari-hari. Stress, beban pikiran berat karena ketidakmampuan kita menyaring dan memilah apa yang baik dan benar dalam hati-pikiran kita. Kita harus memilih untuk bahagia.

                Kedua, Yang ada di dalam, yakni hati dan pikiran kita adalah yang paling penting dan utama untuk diper-hati-kan. Jangan sampai hati dan pikiran kita dikotori dan ternoda oleh hal yang menajiskan. Maka isilah dengan perkara yang baik dan benar.
                Ketiga, Kualitas orang katolik ditentukan oleh apa yang kita keluarkan dari hati dan pikiran kita. Maka jalan evaluasi hati dan pikiran, refleksi diri dan pembenahan diri terus menerus adalah jalan untuk pemurnian diri. Jangan sampai kita menyembah Allah hanya dengan bibir tetapi hati kita jauh dari Allah. Waspadailah apa yang keluar dari hati dan pikiran, apakah semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, yang sedap didengar, patut dipuji yang kita renungkan?

Senin, 1Kor 2:1-5; Luk 4:16-30
Misi Yesus adalah mewartakan kabar baik kepada orang miskin dan tertindas. Sebagai murid Yesus kita pun ambil bagian dalam misi dan karyaNya.
Selasa, 1Kor 2:10b-16; Luk 4:31-37
Jangan berhenti pada rasa kagum atas Yesus yang penuh kuasa dan wibawa. Kita diundang untuk semakin mengimani dan mengabdi pada Allah. Kehadiranku adalah kehadiranMu yang kudus.
Rabu, 1Kor 3:1-9; Luk 4:38-44
Orang hanya ingin mencari mukjizat, penyembuhan, tetapi tak menumbuhkan iman pada Allah. Yang utama bukanlah sensasi mukjizat melainkan pewartaan Injil  dan keselamatan jiwa di mana pun kita berada.
Kamis, 1 Kor 3:18-23;Luk 5:1-11
Mengandalkan kemampuan sendiri, kita tak berhasil; sebaliknya ketika kita menyadari kerapuhan kita, kuasa dan rahmatNya bekerja dalam hidup.
Jumat,1Kor 4:1-5, Luk 5:33-39
Berpuasa dan praktek keagamaan kita adalah sarana untuk bertemu dan bersatu dengan Yesus. Puasa adalah jalan pemurnian, pencerahan dan persatuan dengan Yesus.
Sabtu, Mikha 5:2-5a; Mat 1:1-16,18-23
Melalui bunda Maria, kita mengenal Juru selamat yakni Yesus. demikian juga lewat diri kita, banyak orang mengenal dan mencintai Yesus.
Minggu, Yes 35:4-7a, Yak 2:1-5,Mrk 7:31-37
Yang tuli mendengar, yang buta melihat, yang bisu mendengar, yang lumpuh berjalan. Demikianlah hidup kita sama seperti Yesus, menjadikan segalanya baik. Effata, bukalah hati, telinga agar kita pun peka untuk mewartakan kabar gembira di tengah keluarga dan masyarakat.

Menu Katekese Liturgi : Doa Bapa Kami


                Doa Bapa kami ini diucapkan atau dinyanyikan oleh seluruh umat beriman setelah ajakan berdoa dari imam. PUMR 81 menyatakan,”Dalam doa Tuhan, Bapa kami, umat beriman mohon rezeki sehari-hari. Bagi Umat Kristen Rezeki sehari-hari itu terutama adlah roti Ekaristi. Umat juga memohon pengampunan dosa supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Imam mengajak jemaat untuk berdoa, dan seluruh umat beriman membawakan Bapa kami bersama-sama dengan imam.”
                Rumusan ajakan imam untuk berdoa Bapa kami menunjuk pada pengakuan bahwa kita hanya mampu berdoa dan menyapa Allah sebagai Bapa karena rahmat ilahi saja. Pertama, itu karena perintah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Dan kedua, rahmat ilahi itu ialah Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita.
                Doa Bapa kami masuk ke ritus komuni dari Liturgi Ekaristi, karena isinya sesuai dengan ritus komuni yaitu permohonan rezeki hari ini. Bagi umat beriman rezeki itu terutama adalah roti Ekaristis. Permohonan pengampunan dan damai, sebagaimana diungkapkan dalam doa Bapa Kami, juga merupakan persiapan yang tepat untuk menyambut Kristus dalam komuni.
                Para Bapa Gereja melihat kaitan doa Bapa Kami dan Komuni bukan hanya berkaitan dengan isi doa Bapa Kami yang memohon rezeki saja tetapi juga dalam kaitannya dengan doa permohonan atas pengampunan punan ini hidup persaudaraan dan persekutuan tidaklah mungkin.  Permohonan ini menggarisbawahi rekonsiliasi, kerukunan, kesatuan dan damai. Barang siapa mau menyambut Tubuh Kristus, harus mempunyai kemampuan untuk berdamai, untuk hidup rukun dan untuk mengampuni.
(Diambil dari kateke liturgy dari keuskupan)

BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2012
                Tema Bulan Kitab Suci Nasional 2012 adalah Murid-murid Yesus Menyaksikan MukjizatNya. Dalam bahasa latin: miraculum, yang menunjuk karya kuasa yang dikerjakan Yesus Pribadi dan Kerajaan Allah yang Ia wartakan. Ada 4 jenis mukjizat: Penyembuhan (Mrk 2:1-12), Pengusiran setan (Mat 19:28), Menghidupkan orang mati (Mrk 5:21-43), Mukjizat alam, dibagi menjadi Mukjizat pemberian (Yoh 2:1-11), Mukjizat penampakan Tuhan (Mrk 6:42-52), Mukjizat Penyelamatan (Mrk 4:35-41) dan Mukjizat kutukan (Mrk 11:12-14,20-21).
                Pertanyaannya sekarang, apakah mukjizat itu mungkin? Apakah mukjizat itu memang terjadi? Dikisahkan, menurut diagnose dokter, hidupnya tinggal seminggu lagi. Vonis dokter ini tak membuatnya lelah dan patah semangat berdoa dan berbuat baik. Hingga akhirnya ketika dokter yang memeriksanya: heran, ternyata penyakit tumor ganasnya hilang. Tak ada lagi. Ia sembuh total dan bisa bekerja, dan membantu banyak orang karena mukjizat penyembuhan itu. Ternyata mukjizat Allah masih terjadi di masa sekarang ini asalkan kita sungguh-sungguh percaya dan melihat kuasaNya bekerja dalam diri kita.
                Yang terpenting dari Mukjizat Yesus itu adalah Yesus mau menunjukkan bahwa Dia punya kepeduliaan dan belaskasih. Bukan pamer kuasa dan kesombongan, sebaliknya kuasa dan kekuatan Allah itu nyata atas diriNya, karena Yesus adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Lewat mukjizat itu, Kemuliaan Allah dan kerajaan kasihNya semakin diwartakan. Ingat mukjizat terjadi karena iman dan pertobatan seseorang.

Tuhan selalu memberi tanda

                Seorang lelaki yang sangat takut mati pada suatu malam bermimpi bertemu dengan Malaikat Maut. Walaupun pada awalnya ia sangat ketakutan dan berusaha menghindar, ia pun menjadi tenang kembali begitu tahu bahwa si malaikat belum akan mencabut nyawanya pada saat itu. Seketika sebuah gagasan cemerlang muncul di kepalanya. Selama ini ia menyaksikan banyak teman-temannya yang tidak siap ketika Malaikat Maut datang. Bahkan  beberapa di antara mereka dicabut nyawanya ketika sedang melakukan pekerjaan yang buruk. Oleh karena itu, ia minta kepada si Malaikat agar memberi tahu terlebih dulu sebelum ia datang. Ini penting agar si lelaki bisa betul-betul siap dan berada dalam kondisi yang terbaik di akhir hidupnya. Permintaannya dikabulkan.
                Tahun demi tahun berlalu. Kehidupan pun berjalan terus. Suatu hari si lelaki kaget bukan kepalang begitu melihat Malaikat Maut berada persis di hadapannya. “Mengapa Engkau datang tanpa memberitahu? Mengapa Engkau datang menyalahi perjanjian yang telah kita sepakati? Lelaki itu memberondong si malikat dengan sejumlah pertanyaan, wajahnya tampak tegang dan pucat.
Namun si malaikat menjawab dengan penuh ketenangan, Aku tidak pernah menyalahi janji yagn telah kita buat bersama, Tuturnya lembut. Ada banyak tanda yang telah kuberikan kepadamu jika kamu benar-benar memperhatikannya. Tambahnya lagi: bukankah rambutmu sekarang sudah memutih, gigimu sudah mulai tanggal, kekuatan fisikmu sudah berkurang? Bukankah anak-anakmu sudah besar bahkan sudah memberimu cucu? Bukankah aku selalu memberi tahu kepadamu melalui teman-temanmu yang sakit dan kemudian berpulang?

Sudahkah kita sadar dan memperhatikan Tanda-tanda yang Tuhan berikan?
(diambil dari You are not alone)

9 tugas dan tanggungjawab Pengurus Lingkungan

1.Melakukan pendataan warga lingkungan dengan tujuan supaya mereka makin terlayani.
2.Mengatur penyelenggaraan ibadat bersama, pendalaman iman, dan Ekaristi bagi warga lingkungan.
3.Mengusahakan terwujudnya semangat persaudaraan dan pelayanan antar warga lingkungan dan dengan warga masyarakat sekitar.
4.Mendorong warga lingkungan agar berperanserta dalam kegiatan-kegiatan RT/RW setempat.
5.Mengikutsertakan umat lingkungan dalam peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga warga lingkungan, seperti kelahiran, pembaptisan, pertunanan, perkawinan, sakit dan kematian.
6.Mewujudkan solidaritas kepada warga lingkungan yang menderita dan berkekurangan, yang sakit dan yang lanjut usia.
7.Memperhatikan anak-anak supaya mereka mendapatkan pendidikan Katolik sejak dini dan memperhatikan kaum muda agar mereka didampingi dalam pembentukan nilai-nilai Kristiani.
8,Bekerjasama dengan seluruh warga lingkungan untuk menemukan ungkapan-ungkapan kreatif yang melibatkan semakin banyak warga.
9.Mengusahakan agar warga lingkungan yang belum bisa aktif tetap disapa dan dijadikan bagian dari persaudaraan lingkungan. (Diambil dari Pedoman Dasar DPP dan BGKP)


Hidangan utama:
Sifat tak terpustakan ikatan Perkawinan
(berdasarkan  kanon 1056)

A. Arti
Ikatan perkawinan berlaku seumur hidup karena perkawinan berarti penyerahan diri secara total tanpa syarat, juga tanpa pembatasan waktu di dunia fana ini.
B. Implikasi
Memang kesesatan saja tentang sifat-sifat hakiki perkawinan tidak otomatis membuat perkawinan menjadi tidak sah, tetapi sifat-sifat hakiki ini juga menjadi obyek konsensus perkawinan (Kan. 1099).
Barangsiapa menjanjikan kesetiaan  tetapi tidak menghendaki perkawinan seumur hidup melakukan simulasi parsial yang membuat perkawinan itu menjadi tidak sah.
Barangsiapa bercerai, tidak memenuhi janjinya untuk menikah seumur hidup, dan bila ia menikah lagi, maka perkawinan itu tidak sah, karena masih terikat pada perkawinan sebelumnya.
Itulah salah satu kesulitan umat Katolik di Indonesia, di mana 60 % perkawinan setiap tahun diceraikan.
C.Dasar
Dalam Kitab Suci : misalnya Mrk 10:2-12; Mat 5: 31-32; 19:2-12; Luk 16:18.
Ajaran Gereja : Konsili Trente (DS 1807); Konsili Vatikan II (GS 48), Familiaris Consortio 20; Katekismus Gereja Katolik 1644-1645.
Penalaran akal sehat memang dapat mengajukan aneka argumen untuk mendukung sifat tak terputusnya perkawinan, misalnya martabat pribadi manusia yang patut dicintai tanpa reserve, kesejahteraan suami istri, terutama istri dan anak-anak, terutama yang masih kecil. Tetapi argumen-argumen ini tak dapat membuktikan secara mutlak, artinya tanpa kekecualian.
D. Tingkat kekukuhan
Perkawinan Katolik bersifat permanen dan tak terceraikan, baik secara intrinsik (oleh suami istri sendiri) maupun ekstrinsik (oleh pihak luar). Dalam hal perkawinan antara orang-orang yang telah dibaptis, perkawinan itu memperoleh kekukuhan atas dasar sakramen. Meski demikian, hukum masih mengakui adanya tingkat-tingkat kekukuhan dalam perkawinan sesuai macam perkawinan itu sendiri.
(1) Perkawinan putativum (putatif): perkawinan tak sah yang diteguhkan dengan itikad baik sekurang-kurangnya oleh satu pihak (Kan 1061, $ 1). Secara hukum perkawinan ini tidak mempunyai sifat kekukuhan dan ketakterceraian sama sekali.
(2) Perkawinan legitimum antara dua orang non-baptis. Perkawinan ini sah, tapi tak sakramental, yang sekaligus mempunyai Ul 4:1-2.6-8;Yak1:17-18.21-27;Mrk7:1-23
                Pernyataan ini penting: “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul pikiran jahat.” Bagaimana Sabda Tuhan ini dimaknai dalam hidup?
                Pertama, Saringlah atau pilihlah yang dari luar sebelum kita masukkan dalam hati dan pikiran kita agar kita mendapat “vitamin” kehidupan sehari-hari. Stress, beban pikiran berat karena ketidakmampuan kita menyaring dan memilah apa yang baik dan benar dalam hati-pikiran kita. Kita harus memilih untuk bahagia.
                Kedua, Yang ada di dalam, yakni hati dan pikiran kita adalah yang paling penting dan utama untuk diper-hati-kan. Jangan sampai hati dan pikiran kita dikotori dan ternoda oleh hal yang menajiskan. Maka isilah dengan perkara yang baik dan benar.
                Ketiga, Kualitas orang katolik ditentukan oleh apa yang kita keluarkan dari hati dan pikiran kita. Maka jalan evaluasi hati dan pikiran, refleksi diri dan pembenahan diri terus menerus adalah jalan untuk pemurnian diri. Jangan sampai kita menyembah Allah hanya dengan bibir tetapi hati kita jauh dari Allah. Waspadailah apa yang keluar dari hati dan pikiran, apakah semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, yang sedap didengar, patut dipuji yang kita renungkan?

Senin, 1Kor 2:1-5; Luk 4:16-30
Misi Yesus adalah mewartakan kabar baik kepada orang miskin dan tertindas. Sebagai murid Yesus kita pun ambil bagian dalam misi dan karyaNya.
Selasa, 1Kor 2:10b-16; Luk 4:31-37
Jangan berhenti pada rasa kagum atas Yesus yang penuh kuasa dan wibawa. Kita diundang untuk semakin mengimani dan mengabdi pada Allah. Kehadiranku adalah kehadiranMu yang kudus.
Rabu, 1Kor 3:1-9; Luk 4:38-44
Orang hanya ingin mencari mukjizat, penyembuhan, tetapi tak menumbuhkan iman pada Allah. Yang utama bukanlah sensasi mukjizat melainkan pewartaan Injil  dan keselamatan jiwa di mana pun kita berada.
Kamis, 1 Kor 3:18-23;Luk 5:1-11
Mengandalkan kemampuan sendiri, kita tak berhasil; sebaliknya ketika kita menyadari kerapuhan kita, kuasa dan rahmatNya bekerja dalam hidup.
Jumat,1Kor 4:1-5, Luk 5:33-39
Berpuasa dan praktek keagamaan kita adalah sarana untuk bertemu dan bersatu dengan Yesus. Puasa adalah jalan pemurnian, pencerahan dan persatuan dengan Yesus.
Sabtu, Mikha 5:2-5a; Mat 1:1-16,18-23
Melalui bunda Maria, kita mengenal Juru selamat yakni Yesus. demikian juga lewat diri kita, banyak orang mengenal dan mencintai Yesus.
Minggu, Yes 35:4-7a, Yak 2:1-5,Mrk 7:31-37
Yang tuli mendengar, yang buta melihat, yang bisu mendengar, yang lumpuh berjalan. Demikianlah hidup kita sama seperti Yesus, menjadikan segalanya baik. Effata, bukalah hati, telinga agar kita pun peka untuk mewartakan kabar gembira di tengah keluarga dan masyarakat.

Menu Katekese Liturgi : Doa Bapa Kami


                Doa Bapa kami ini diucapkan atau dinyanyikan oleh seluruh umat beriman setelah ajakan berdoa dari imam. PUMR 81 menyatakan,”Dalam doa Tuhan, Bapa kami, umat beriman mohon rezeki sehari-hari. Bagi Umat Kristen Rezeki sehari-hari itu terutama adlah roti Ekaristi. Umat juga memohon pengampunan dosa supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Imam mengajak jemaat untuk berdoa, dan seluruh umat beriman membawakan Bapa kami bersama-sama dengan imam.”
                Rumusan ajakan imam untuk berdoa Bapa kami menunjuk pada pengakuan bahwa kita hanya mampu berdoa dan menyapa Allah sebagai Bapa karena rahmat ilahi saja. Pertama, itu karena perintah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Dan kedua, rahmat ilahi itu ialah Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita.
                Doa Bapa kami masuk ke ritus komuni dari Liturgi Ekaristi, karena isinya sesuai dengan ritus komuni yaitu permohonan rezeki hari ini. Bagi umat beriman rezeki itu terutama adalah roti Ekaristis. Permohonan pengampunan dan damai, sebagaimana diungkapkan dalam doa Bapa Kami, juga merupakan persiapan yang tepat untuk menyambut Kristus dalam komuni.
                Para Bapa Gereja melihat kaitan doa Bapa Kami dan Komuni bukan hanya berkaitan dengan isi doa Bapa Kami yang memohon rezeki saja tetapi juga dalam kaitannya dengan doa permohonan atas pengampunan punan ini hidup persaudaraan dan persekutuan tidaklah mungkin.  Permohonan ini menggarisbawahi rekonsiliasi, kerukunan, kesatuan dan damai. Barang siapa mau menyambut Tubuh Kristus, harus mempunyai kemampuan untuk berdamai, untuk hidup rukun dan untuk mengampuni.
(Diambil dari kateke liturgy dari keuskupan)

BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2012
                Tema Bulan Kitab Suci Nasional 2012 adalah Murid-murid Yesus Menyaksikan MukjizatNya. Dalam bahasa latin: miraculum, yang menunjuk karya kuasa yang dikerjakan Yesus Pribadi dan Kerajaan Allah yang Ia wartakan. Ada 4 jenis mukjizat: Penyembuhan (Mrk 2:1-12), Pengusiran setan (Mat 19:28), Menghidupkan orang mati (Mrk 5:21-43), Mukjizat alam, dibagi menjadi Mukjizat pemberian (Yoh 2:1-11), Mukjizat penampakan Tuhan (Mrk 6:42-52), Mukjizat Penyelamatan (Mrk 4:35-41) dan Mukjizat kutukan (Mrk 11:12-14,20-21).
                Pertanyaannya sekarang, apakah mukjizat itu mungkin? Apakah mukjizat itu memang terjadi? Dikisahkan, menurut diagnose dokter, hidupnya tinggal seminggu lagi. Vonis dokter ini tak membuatnya lelah dan patah semangat berdoa dan berbuat baik. Hingga akhirnya ketika dokter yang memeriksanya: heran, ternyata penyakit tumor ganasnya hilang. Tak ada lagi. Ia sembuh total dan bisa bekerja, dan membantu banyak orang karena mukjizat penyembuhan itu. Ternyata mukjizat Allah masih terjadi di masa sekarang ini asalkan kita sungguh-sungguh percaya dan melihat kuasaNya bekerja dalam diri kita.
                Yang terpenting dari Mukjizat Yesus itu adalah Yesus mau menunjukkan bahwa Dia punya kepeduliaan dan belaskasih. Bukan pamer kuasa dan kesombongan, sebaliknya kuasa dan kekuatan Allah itu nyata atas diriNya, karena Yesus adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Lewat mukjizat itu, Kemuliaan Allah dan kerajaan kasihNya semakin diwartakan. Ingat mukjizat terjadi karena iman dan pertobatan seseorang.

Tuhan selalu memberi tanda

                Seorang lelaki yang sangat takut mati pada suatu malam bermimpi bertemu dengan Malaikat Maut. Walaupun pada awalnya ia sangat ketakutan dan berusaha menghindar, ia pun menjadi tenang kembali begitu tahu bahwa si malaikat belum akan mencabut nyawanya pada saat itu. Seketika sebuah gagasan cemerlang muncul di kepalanya. Selama ini ia menyaksikan banyak teman-temannya yang tidak siap ketika Malaikat Maut datang. Bahkan  beberapa di antara mereka dicabut nyawanya ketika sedang melakukan pekerjaan yang buruk. Oleh karena itu, ia minta kepada si Malaikat agar memberi tahu terlebih dulu sebelum ia datang. Ini penting agar si lelaki bisa betul-betul siap dan berada dalam kondisi yang terbaik di akhir hidupnya. Permintaannya dikabulkan.
                Tahun demi tahun berlalu. Kehidupan pun berjalan terus. Suatu hari si lelaki kaget bukan kepalang begitu melihat Malaikat Maut berada persis di hadapannya. “Mengapa Engkau datang tanpa memberitahu? Mengapa Engkau datang menyalahi perjanjian yang telah kita sepakati? Lelaki itu memberondong si malikat dengan sejumlah pertanyaan, wajahnya tampak tegang dan pucat.
Namun si malaikat menjawab dengan penuh ketenangan, Aku tidak pernah menyalahi janji yagn telah kita buat bersama, Tuturnya lembut. Ada banyak tanda yang telah kuberikan kepadamu jika kamu benar-benar memperhatikannya. Tambahnya lagi: bukankah rambutmu sekarang sudah memutih, gigimu sudah mulai tanggal, kekuatan fisikmu sudah berkurang? Bukankah anak-anakmu sudah besar bahkan sudah memberimu cucu? Bukankah aku selalu memberi tahu kepadamu melalui teman-temanmu yang sakit dan kemudian berpulang?

Sudahkah kita sadar dan memperhatikan Tanda-tanda yang Tuhan berikan?
(diambil dari You are not alone)

9 tugas dan tanggungjawab Pengurus Lingkungan

1.Melakukan pendataan warga lingkungan dengan tujuan supaya mereka makin terlayani.
2.Mengatur penyelenggaraan ibadat bersama, pendalaman iman, dan Ekaristi bagi warga lingkungan.
3.Mengusahakan terwujudnya semangat persaudaraan dan pelayanan antar warga lingkungan dan dengan warga masyarakat sekitar.
4.Mendorong warga lingkungan agar berperanserta dalam kegiatan-kegiatan RT/RW setempat.
5.Mengikutsertakan umat lingkungan dalam peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga warga lingkungan, seperti kelahiran, pembaptisan, pertunanan, perkawinan, sakit dan kematian.
6.Mewujudkan solidaritas kepada warga lingkungan yang menderita dan berkekurangan, yang sakit dan yang lanjut usia.
7.Memperhatikan anak-anak supaya mereka mendapatkan pendidikan Katolik sejak dini dan memperhatikan kaum muda agar mereka didampingi dalam pembentukan nilai-nilai Kristiani.
8,Bekerjasama dengan seluruh warga lingkungan untuk menemukan ungkapan-ungkapan kreatif yang melibatkan semakin banyak warga.
9.Mengusahakan agar warga lingkungan yang belum bisa aktif tetap disapa dan dijadikan bagian dari persaudaraan lingkungan. (Diambil dari Pedoman Dasar DPP dan BGKP)


Hidangan utama:
Sifat tak terpustakan ikatan Perkawinan
(berdasarkan  kanon 1056)

A. Arti
Ikatan perkawinan berlaku seumur hidup karena perkawinan berarti penyerahan diri secara total tanpa syarat, juga tanpa pembatasan waktu di dunia fana ini.
B. Implikasi
Memang kesesatan saja tentang sifat-sifat hakiki perkawinan tidak otomatis membuat perkawinan menjadi tidak sah, tetapi sifat-sifat hakiki ini juga menjadi obyek konsensus perkawinan (Kan. 1099).
Barangsiapa menjanjikan kesetiaan  tetapi tidak menghendaki perkawinan seumur hidup melakukan simulasi parsial yang membuat perkawinan itu menjadi tidak sah.
Barangsiapa bercerai, tidak memenuhi janjinya untuk menikah seumur hidup, dan bila ia menikah lagi, maka perkawinan itu tidak sah, karena masih terikat pada perkawinan sebelumnya.
Itulah salah satu kesulitan umat Katolik di Indonesia, di mana 60 % perkawinan setiap tahun diceraikan.
C.Dasar
Dalam Kitab Suci : misalnya Mrk 10:2-12; Mat 5: 31-32; 19:2-12; Luk 16:18.
Ajaran Gereja : Konsili Trente (DS 1807); Konsili Vatikan II (GS 48), Familiaris Consortio 20; Katekismus Gereja Katolik 1644-1645.
Penalaran akal sehat memang dapat mengajukan aneka argumen untuk mendukung sifat tak terputusnya perkawinan, misalnya martabat pribadi manusia yang patut dicintai tanpa reserve, kesejahteraan suami istri, terutama istri dan anak-anak, terutama yang masih kecil. Tetapi argumen-argumen ini tak dapat membuktikan secara mutlak, artinya tanpa kekecualian.
D. Tingkat kekukuhan
Perkawinan Katolik bersifat permanen dan tak terceraikan, baik secara intrinsik (oleh suami istri sendiri) maupun ekstrinsik (oleh pihak luar). Dalam hal perkawinan antara orang-orang yang telah dibaptis, perkawinan itu memperoleh kekukuhan atas dasar sakramen. Meski demikian, hukum masih mengakui adanya tingkat-tingkat kekukuhan dalam perkawinan sesuai macam perkawinan itu sendiri.
(1) Perkawinan putativum (putatif): perkawinan tak sah yang diteguhkan dengan itikad baik sekurang-kurangnya oleh satu pihak (Kan 1061, $ 1). Secara hukum perkawinan ini tidak mempunyai sifat kekukuhan dan ketakterceraian sama sekali.
(2) Perkawinan legitimum antara dua orang non-baptis. Perkawinan ini sah, tapi tak sakramental, yang sekaligus mempunyai sifat kekukuhan, namun bisa diceraikan dengan Previlegium Paulinum *karena suatu alasan yang berat.
(3) Perkawinan legitimum antar seorang baptis dan seorang non-baptis. Perkawinan ini pun sah, tapi tak sakramental karena salah satu pasangan belum atau tidak dibaptis. Perkawinan inipun dapat dibubarkan karena suatu alasan yang berat dengan Previlegium Petrinum (Previlegi Iman)**, walaupun telah memperoleh ciri kekukuhan dalam dirinya.
(4) Perkawinan ratum (et non consumatum): perkawinan sah dan sakramental, tapi belum disempurnakan dengan persetubuhan (Kan 1061, $1). Tingkat kekukuhan perkawinan ini sudah masuk kategori khusus atas dasar sakramen, namun karena suatu alasan yang sangat berat, masih dapat diputus oleh Paus.
(5) Perkawinan ratum et consumatum: perkawinan sah, sakramental, dan telah disempurnakan dengan persetubuhan. Perkawinan ini pun mempunyai kekukuhan khusus atas dasar sakramen, tapi lebih dari itu bersifat sama sekali tak terceraikan, krn sudah disempurnakan dengan persetubuhan.  

(Sumber: artikel Rm A Dwi Joko, Pr)

 sifat kekukuhan, namun bisa diceraikan dengan Previlegium Paulinum *karena suatu alasan yang berat.
(3) Perkawinan legitimum antar seorang baptis dan seorang non-baptis. Perkawinan ini pun sah, tapi tak sakramental karena salah satu pasangan belum atau tidak dibaptis. Perkawinan inipun dapat dibubarkan karena suatu alasan yang berat dengan Previlegium Petrinum (Previlegi Iman)**, walaupun telah memperoleh ciri kekukuhan dalam dirinya.
(4) Perkawinan ratum (et non consumatum): perkawinan sah dan sakramental, tapi belum disempurnakan dengan persetubuhan (Kan 1061, $1). Tingkat kekukuhan perkawinan ini sudah masuk kategori khusus atas dasar sakramen, namun karena suatu alasan yang sangat berat, masih dapat diputus oleh Paus.
(5) Perkawinan ratum et consumatum: perkawinan sah, sakramental, dan telah disempurnakan dengan persetubuhan. Perkawinan ini pun mempunyai kekukuhan khusus atas dasar sakramen, tapi lebih dari itu bersifat sama sekali tak terceraikan, krn sudah disempurnakan dengan persetubuhan.  

(Sumber: artikel Rm A Dwi Joko, Pr)


6 komentar:

  1. Lumayan buat referensi rohani nih. Makasih ya gan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya gan. sama-sama :D Semangat yaa. berkah dalem ..

      Hapus
  2. Semangat yaa, kami bangga punya jurnalis kaya kamu ten !! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, iya. Terima kasih :D Senang bisa bekerja sama..

      Hapus
  3. Mas stanley vissit back ;) unyu-cyber.blogspot.com thanks :)

    BalasHapus