Kel 3:1-8.13-15; Mzm 103; 1Kor 10:1-6.10-12, Luk
13:1-9
Bicara soal nasib dan takdir masih ada perdebatan. Apakah nasib dan
takdir itu garis dari Tuhan ataukah hasil dari perjuangan kita? Benar bahwa
awalnya Tuhan merancang perkara-perkara besar bagi kita. Namun dalam perjalanan
waktu keadaan kita berubah, bahkan yang sering kali membuat nasib atau takdir
hidup kita tak baik adalah diri kita. Firman Allah minggu prapaskah ketiga ini
bagaimana kita memulihkan nasib kita di kemudian hari.
Pertama, Kita belajar dari Musa,
bahwa nasib ditentukan bukan banyaknya materi, benda, hal-hal yang kita miiliki
melainkan oleh jalan merendahkan diri mau diutus oleh Tuhan. Kerendahan hati
adalah jalan memulihkan nasib dan takdir kita.
Kedua Bila kita belajar dari Injil
hari ini keburukan dan keadaan hidup kadang tidak ada sangkut pautnya dengan
dosa melainkan ketidakmampuan kita untuk berperang, ketidaksiapan kita untuk
belajar, atau karena kemalasan dan karakter yang tidak baik dalam diri kita
alias kita tak mau bertobat. Sehingga itu semua mempengaruhi nasib dan takdir
kita. Kita tak siap menghadapi “mata pelajaran baru” (pendidikan) yang Tuhan
mau kasih.
Ketiga, Belajar dari bacaan kedua,
surat korintus bahwa kehidupan bangsa Israel di padang gurun adalah sebuah
peringatan rohani bagi hidup kita. Kita mesti memanfaatkan kegagalan sebagai
peluang yang Tuhan buka. Jangan sampai kita gagal mengerti rencana Allah untuk
hidup kita. Oleh karena itu, taatilaj perintah Allah, belajar merendahkan diri,
tunduk pada ajaranNya dan mau diproses, maka Tuhan akan memberikan kekuatan
kita untuk bangkit dan menikmati hidup berkelimpahan. Nasib dan takdir hidup
kita justru ditentukan saat kita mau bekerja sama dengan Allah.
Senin, 2 Raja 5:1-15a; Mzm 42;
Luk 4:24-30
Kesombongan, tak menghargai, merendahkan orang
menjadi alasan mengapa rahmat dan berkat Allah tak hadir dalam hidup kita.
Hanya imanlah yang membuat mukjizat itu hadir dalam hidup kita.
Selasa, Daniel
3:25.34-43; Mzm 25; Mat 18:21-35
Pengampunan itu tak ada batasnya, bukan
tergantung banyaknya kita memaafkan. Tetapi lebih terarah pada hati yang penuh
belaskasih. Belaskasih dan ampun membuat orang bertobat, sebaliknya dendam,
menghantar pada kehancuran dan kejahatan lainnya.
Rabu, Ul
4:1,5-9, Mzm 147; Mat 5:17-19
Melaksanakan hukum dan perintah Tuhan dengan
ketaatan membawa hidup kita bahagia. Sebab hukum dan perintah Tuhan sesuai
dengan kehendak Allah, namun jika menyimpang, hidup kita menuai bencana. Jadi
waspadalah. Taati perintah Tuhan dengan cinta.
Kamis, Yer
7:23-28; Mzm 95; Luk 11:14-23
Apa ciri orang dirasuk oleh Setan? Selalu
membuat orang menderita, memecah belah, tak mencintai kebenaran dan selalu
berbuat dosa dan kebohongan.
Jumat, Hos
14:2-10; Mzm 81; Mrk 12:28b-34
Tuhan menunjukkan apa yang paling penting dari
hidup ini yakni mencintai Allah dan mencintai sesama. Keduanya diperlukan untuk
memasuki Kerajaan Allah.
Sabtu, Hos
6:1-6; Mzm 51; Luk 18:9-14
Apa yang Allah mau dari diri kita? Bukan kurban
bakaran, ibadat lahiriah sebuah kesalehan palsu melainkan cinta kasih, tobat,
kerendahan hati. Dengan mengakui kelemahan, rahmat Allah menyempurnakan.
Minggu, Yos
5:9a, 10-12; Mzm 34; 2Kor 5:17-21;
Luk
15:1,3,11-32 (Minggu Prapaskah IV)
Tobat itulah yang dijalani anak yang hilang.
Dosa telah membuatnya jauh dari Allah, hidup dalam kelaparan dan kemelaratan
rohani, hanya dengan kembali pada Allah, menyesali dosa, kita memnbaharui diri
untuk meninggalkan dosa, makin setia padaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar