Sekolah, siapa yang tak asing dengan
tempat yang satu ini. Sekolah adalah tempat kita untuk menimba ilmu dan
melakukan kegiatan belajar mengajar. Di sekolah ini pula kita mendapatkan
banyak wawasan dan pengetahuan yang sangat berguna di kehidupan kita. Wawasan
dan pengetahuan yang kita dapatkan ini dapat menjadi bekal kita ke depan dalam
meniti karir dan masa depan kita.
Salah satu faktor yang sangat penting
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah yaitu guru. Guru adalah pemberi
wawasan sekaligus sebagai contoh siswa di sekolah. Banyak siswa yang mengerti
pelajaran dan menjadi sebuah prestasi yang membanggakan. Hal itu pastinya tak
lepas dari peran guru. Image guru
juga sangatlah penting, sehingga seringkali siswa meniru sifat-sifat guru yang
dilihatnya. Guru yang memberikan contoh yang mulia akan menjadikan siswa
menjadi kagum dan meniru tindakan mulia tersebut. Walaupun peran guru sangat penting pada
kegiatan KBM, tetapi banyak juga guru yang tidak menjalankan tugasnya dengan
baik. Banyak guru yang menjadi image yang kurang menyenangkan di mata siswa
karena sifat yang terlalu tertutup dan kurang dekat dengan siswa. Hal ini dapat
mempengaruhi KBM sehingga siswa kurang peka dalam belajar, agak
bermalas-malasan dalam belajar, dan cenderung menghindari pelajaran tersebut.
Seringkali juga kita menemui guru yang meninggalkan jam pelajaran karena alasan
yang kurang masuk akal. Hal itu mengakibatkan jam pelajaran menjadi hilang dan
kurang efektif bagi siswa.
Ya, seharusnya guru mempunyai
keterbukaan kepada siswanya sehingga dapat menciptakan daya tarik untuk
belajar. Kualitas guru juga harus ditingkatkan seiring perkembangan zaman dan
perkembangan IPTEK sehingga kemampuan siswa semakin meningkat dan mempunyai
bekal kehidupan yang kuat. Hal tersebut pastinya akan semakin menarik minat
siswa untuk terus belajar tanpa berpikiran negatif dan bercabang. Selain itu,
guru juga harus lebih bijaksana dan bertanggungjawab akan tugasnya yaitu
mengajar. Guru tidak boleh meninggalkan jam pelajaran tanpa alasan yang jelas
apalagi terlalu sering. Dengan demikian, bila guru semakin fokus dalam
mengajar, pastinya materi akan tersampaikan dengan optimal dan cepat sehingga
siswa juga semakin semangat dalam belajar dan tidak mengalami kebingungan.
Nah, selain itu melalui mata pelajaran
kita bisa melihat analitik kemampuan siswa. Dengan adanya mata pelajaran
tersebut, siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk bekal di kehidupan
mereka nantinya. Selain itu, siswa semakin lebih tahu tentang kejadian di
sekitarnya dan mempunyai dasar dalam berpendapat. Tetapi, bila dibandingkan
dengan negara selain Indonesia. Jumlah mata pelajaran di Indonesia berkali-kali
lipat lebih banyak dari negara lainnya. Kita ambil contoh pada jenjang Sekolah
Menengah Atas. Di Indonesia, SMA harus mengambil kurang lebih 16 mata pelajaran
pada kelas 10 dan 12 mata pelajaran pada penjurusan. Padahal bila kita
bandingkan dengan Australia, pada semua kelas tersebut hanya wajib mengambil 3
mata pelajaran dan maksimal 6 pelajaran.
Dari perbedaan ini, kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa pendidikan di luar negeri lebih terfokus pada mata
pelajaran tertentu. Berbeda dengan di Indonesia yang pemikiran siswanya
terpecah menjadi belasan mata pelajaran yang sering membuat bingung dan membuat
pelajaran kurang efektif. Siswa juga seringkali berpikir apa gunanya
mempelajari mata pelajaran sebanyak ini. Maka dari itu, perlunya penjurusan
mata pelajaran yang lebih spesifik supaya terfokus sehingga dapat membuat
tingkat edukasi Indonesia dapat bersaing dengan tingkat edukasi negara lainnya.
Guru juga seringkali memberikan tugas
dan pekerjaan rumah kepada siswa. Hal ini ditujukan supaya siswa mencoba
hal-hal yang baru dipelajarinya. Tetapi sering kita temui bahwa guru terlalu
menforsir waktu siswa dengan tugas atau pekerjaan rumah yang terlalu
berlebihan. Karena hal itu pula, waktu siswa untuk beristirahat di rumah
semakin berkurang. Bukan hanya itu saja, kegiatan bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar juga semakin sedikit sehingga membuat pribadi siswa menjadi
tertutup dan kurang pergaulan.
Dari peristiwa ini, dapat disarankan
kepada guru supaya memberikan pekerjaan rumah atau tugas secara masuk akal.
Yang berarti tugas tersebut tidak banyak menyita waktu istirahat dan
sosialisasi dari siswa tersebut. Kegiatan belajar mengajar bukan menjadi
satu-satunya penentu tingginya tingkat edukasi. Hubungan pun juga tidak kalah
pentingnya dalam melancarkan kegiatan edukasi tersebut. Hubungan atau relasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Hubungan
antar siswa dan Hubungan guru dengan
orang tua.
Hubungan antar siswa menjadi sangat
penting karena dapat menciptakan situasi yang kondusif dalam pembelajaran. Bila
hubungan antar siswa baik dan saling membangun dalam belajar, pastinya hasil
belajar siswa menjadi semakin efektif dan dapat tersalurkan dengan cepat.
Berbeda hasilnya bila hubungan antar siswa kurang baik dan menjadi musuh,
pastinya siswa juga kurang nyaman dalam belajar dan pikirannya pun bercabang. Maka
dari itu, perlunya pembelajaran dengan sistem outdoor yang mengasah kemampuan
mengenal alam sekitar dan kerja sama antar siswa. Dengan sistem pembelajaran
tersebut, pastinya siswa akan lebih mudah dalam memahami teori tersebut dengan
praktikum yang menyenangkan tanpa ada paksaan apalagi membosankan.
Selain hubungan antar siswa, hubungan
guru dengan orang tua pun juga perlu dibina. Sampai saat ini hubungan guru
dengan orang tua sudah cukup baik, tetapi guru masih terlalu menutup kelemahan
siswa sehingga orang tuanya tidak tahu. Selain itu, guru juga menilai kemampuan
siswa berdasarkan hasil akhirnya yang diperoleh, bukan berdasarkan proses
pembelajaran tersebut. Hal itu mengakibatkan orang tua hanya mengerti nilai
tanpa dasar pembelajaran yang tepat. Bahkan siswa yang suka mencontek dan
mendapat nilai bagus pun juga dinilai berdasarkan nilainya, sehingga orang tua
dan guru memuji siswa tersebut. Hal itu semakin meningkatkan pendapat siswa
bahwa ia harus terus mencontek untuk mendapatkan nilai yang bagus tanpa
mempedulikan kejujuran.
Untuk itulah, guru dan orang tua harus
sama-sama bersifat terbuka. Guru harus memberikan informasi sejujur mungkin
tentang perkembangan siswa supaya orang tua dapat membimbing siswa sebagai
anaknya di rumah. Pengertian dari orang tua pasti akan semakin memotivasi minat
belajar siswa untuk terus menerus berusaha untuk lebih baik. Dengan adanya
dukungan dari orang tua dan guru, siswa semakin mudah dan percaya diri dalam
menuntut ilmu untuk masa depannya kelak.
Fasilitas dan lingkungan sekolah juga mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan siswa. Fasilitas sangatlah penting dalam
kegiatan belajar-mengajar karena dapat membantu aplikasi dalam pembelajaran
tersebut. Misalnya pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kita
memerlukan komputer untuk mengadakan praktek. Tetapi seringkali saat ini uang
SPP tidak senilai dengan fasilitas yang diberikan oleh sekolah. Uang SPP
dinilai terlalu besar bila dibandingkan oleh fasilitas sekolah yang kurang
memadai tersebut.
Fasilitas harus mendukung siswa
seiring perkembangan zaman. Jangan menjadikan fasilitas sebagai alasan.
Fasilitas yang memadai pasti juga akan membuat siswa semakin mudah dalam
memahami pelajaran.
Lingkungan sekolah, merupakan salah
satu faktor yang dapat memajukan atau menghambat proses belajar anak didik. Lingkungan
sekolah yang dapat memajukan anak didik yaitu lingkungan yang mempunyai tingkat
kompetisi dan sadar untuk belajar. Lingkungan yang seperti ini sangat baik
untuk perkembangan siswa untuk terus belajar dan terus mengasah kemampuannya
masing-masing supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya, lingkungan yang menghambat proses belajar anak didik yaitu
lingkungan yang kurang mempunyai tingkat kesadaran belajar. Lingkungan ini
cenderung terlalu santai dan terlalu bermain-main dengan masa depan mereka
masing-masing. Maka dari itu, perlunya ada standar pembelajaran yang
mengharuskan sifat kompetisi siswa semakin terpacu. Dengan itu pula, pemikiran
siswa semakin maju dan berkembang. Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih
juga harus semakin ditingkatkan untuk membuat siswa tidak terganggu dalam
mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
Semua hal dalam kegiatan belajar
mengajar pastinya akan mengarah ke ujian kelulusan. Untuk memasuki kelas yang
lebih tinggi, pemerintah mengadakan kegiatan Ulangan Kenaikan Kelas atau
Ulangan Akhir Semester. Di era dahulu, kegiatan ini merupakan ajang siswa untuk
membuktikan hasil belajar mereka pada satu semester tersebut. Tapi pada saat
ini, siswa semakin diracuni oleh hal tersebut. Mereka menganggap bahwa “nilai
lebih penting daripada proses”, sehingga banyak siswa yang mengandalkan alat
komunikasi atau catatan kecil lainnya pada saat ulangan berlangsung. Kejujuran
semakin dinomor sekiankan oleh tindakan tercela ini. Pengawas pun juga
seringkali tidak tegas dalam menjaga dan memperingatkan siswa. Selain itu,
sistem ujian kelulusan di Indonesia merupakan sistem UNAS. Kegiatan Belajar
Mengajar dalam 3 tahun hanya ditentukan dalam beberapa hari saja. Hal ini
semakin menjunjung siswa untuk semakin mengandalkan ketidakjujuran tersebut.
Benar, memang perlunya penjagaan yang
ketat untuk mengerjakan ujian dengan jujur. Penjagaan tersebut harus diimbangi
dengan kesadaran tiap siswa supaya dapat terlaksana dengan lancar. Penanaman
karakter juga harus giat dilakukan pada siswa, bahwa proseslah yang terpenting,
bukan pada nilai akhir. Karena hal ini pula, diharapkan pemerintah dapat
memberikan alternatif ujian kelulusan bagi siswa yang pengambilan nilainya
bukan hanya dari nilai UNAS saja. Melainkan bisa diambil melalui nilai rapor
dan Ulangan Kenaikan Kelas yang sudah dijalani selama ini. Torehan prestasi
juga bisa menjadi karakteristik bentuk kelulusan dari jenjang pendidikan.
Pasti, tingkat edukasi di Indonesia mempunyai kompetisi yang sangat menarik
untuk bersaing di dunia ini.
Itu tadi adalah ulasan saya tentang
pendidikan di Indonesia selama ini beserta saran saya untuk menghadapi
permasalahan tersebut. Ya saya sebagai siswa mempunyai secercah harapan untuk
kemajuan pendidikan di bangsa ini. Harapan untuk pendidikan Indonesia ke depan
semoga semakin mempedulikan nasib masyarakat yang kurang mampu supaya dapat
terus belajar dalam menuntut ilmu di sekolah. Selain itu, saya berharap semoga
pendidikan di Indonesia bebas dari unsur korupsi di semua kawasan. Konsisten
pun juga sangat diperlukan, mengingat sistem pendidikan di Indonesia
akhir-akhir ini sering berantakan dan menjadikan generasi muda bagaikan
“kelinci percobaan” untuk mencoba program baru dari pemerintah. Jangan jadikan
masa depan mereka untuk percobaan, jadi saya mengharapkan kekonsistenan yang
lebih pada pendidikan di negara ini.
Demikian postingan saya kali ini, bila
ada kata yang kurang sopan saya minta maaf. Dan bila ada lebihnya itu merupakan
anugerah dari Yang Maha Kuasa. Terima kasih.
“Majulah
Pendidikan Indonesia!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar