Dengan dikukuhkannya Guru Besar Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di bidang Kimia murni, Selasa (15/5),
sekaligus memberikan harapan baru bagi para penyandang kanker di Indonesia.
Pasalnya, penelitian Prof Dr Fahimah Martak MSi yang dikukuhkan sebagai profesor
di Graha Sepuluh Nopember ITS ini, selain membawa tema teknologi juga
mengembangkan senyawa kompleks untuk antikanker.
Dosen Departemen Kimia Fakultas Ilmu Alam
(FIA) ini, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Senyawa Kompleks: Aplikasi pada Material Magnetik dan Senyawa
Antikanker menjelaskan, bahwa penelitiannya berhasil mengembangkan senyawa
kompleks sebagai lapisan material magnetik dan zat antikanker. “Senyawa
kompleks ini akan berguna pada bidang industri dan farmasi,” ujar Fahimah.
Dijelaskan Fahimah, senyawa kompleks
adalah senyawa kimia yang terbentuk antara senyawa ligan dan ion logam. Senyawa
kompleks dengan ligan senyawa N-(alilkarbamotioil) benzamida dimodifikasi
strukturnya dengan menambahkan 12 macam substituen berbeda pada senyawa
benzena. Perbedaan substituen ini mengaktifkan senyawa kompleks sebagai zat
antikanker.
“Dalam melakukan modifikasi, dilakukan
penambahan masing-masing substituen tersebut berdasarkan sifat lipofilik,
elektronik dan sterik senyawa ligannya,” papar perempuan berhijab ini.
Menurut Fahimah, penelitiannya mengenai
senyawa kompleks ini masih berlanjut dengan menggunakan ligan yang berbeda,
yakni 4,5 difenil-1H-imidazol. Ligan tersebut dimodifikasi strukturnya dengan
menambahkan substituen gugus kloro dan nitro. “Kompleks dengan ligan
2(4-klorofenil),4,5-difenil-1H-imidazol memiliki peranan aktif untuk membunuh
sel kanker jenis cellines Humans Colorectal (HCT 116),” imbuh istri dari Ahmad
Riza ini.
Selain ligan, lanjutnya, ion logam juga
berperan penting dalam pembentukan senyawa kompleks yang ditelitinya. Dari
hasil penelitannya, ion logam koblat ternyata lebih berpotensi untuk membunuh
sel-sel kanker. Dari ion logam kobalt tersebut dihasilkan kompleks
Co(II)/Zn(II)-pyridin(2,6-dikarboksilat) yang memiliki toksisitas rendah yaitu
83,71 g/mL.
“Senyawa kompleks yang memiliki toksisitas
yang rendah dari 100 mg/L berpotensi aktif sebagai senyawa anti kanker,” jelas profesor
bidang senyawa kompleks yang baru dikukuhkan ini.
Pengembangan senyawa antikanker ini juga
sudah ia kembangkan bersama tim dari fakultas farmasi Universitas Airlangga (Unair).
“Kimiawan tidak pernah bekerja sendirian tetapi bekerja sama dengan ahli-ahli
untuk bidang yang terkait, misal teknik elektro dan ilmu farmasi,” kata dosen
kelahiran Surabaya, 3 Juli 1966 ini.
Pada hasil keduanya, ia mengubah senyawa
kompleks menjadi material cerdas dan dari sifat material tersebut dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat sensor dan memori komputer.
“Biasanya jika komputer normal tiba-tiba
mati saat penggunaan, maka data yang tersimpan akan hilang. Sedangkan dengan
senyawa kompleks yang diterapkan dalam sistem memori, dapat menyimpan data
secara otomatis lebih lama, walau komputer dalam keadaan mati mendadak,” terang
ibu satu anak ini.
Sedangkan dalam pidatonya Rektor ITS, Prof
Ir Joni Hermana MScES PhD mengatakan, sejak tahun lalu ITS mencoba meningkatkan
kontribusi nasional terutama bidang sains dan teknologi dalam memecahkan
persoalan bangsa. “Semoga dengan dikukuhkannya Prof Fahimah dapat membawa
keberkahan bagi semua, baik keluarga, sivitas akademika ITS dan bangsa
Indonesia,” ujar Joni.
Joni mengungkapkan rasa bangganya atas
prestasi dan usaha Fahimah terkait keinginannya memperoleh gelar profesor
tersebut. Joni juga turut senang dengan dikukuhkannya Prof Fahimah yang berarti
menambah pula jumlah profesor di ITS menjadi 94 orang yang aktif.
Dalam kesempatan itu, Joni juga berpesan, agar
momen ini bisa bermakna bagi Prof Fahimah. Status profesor sesungguhnya
pengakuan tertinggi dari institusi atas kepakarannya. “Jagalah amanah dengan
baik, karena setiap langkah ibu akan diperhatikan dan mencerminkan sivitas
akademika ITS,” pesan Joni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar