Kebutuhan akan sumber daya manusia yang
kompeten dalam industri perkapalan mendorong Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya mempersiapkan lulusan berkualitas di bidang rancang
bangun kapal. Didasari hal tersebut, pada tahun akademik 2018/2019 ini,
Departemen Teknik Perkapalan ITS bekerjasama dengan Mokpo National University
of South Korea membuka progam double
degree untuk jenjang sarjana.
Dilatarbelakangi oleh permintaan
pemerintah Indonesia agar ITS menghasilkan lulusan berwawasan internasional, membuatnya
semakin gencar melakukan kerja sama dengan universitas luar negeri. Salah
satunya kerjasama antara Departemen Teknik Perkapalan ITS dengan Mokpo National
University (MNU) ini.
Kepala Departemen Teknik Perkapalan, Ir
Wasis Aryawan MSc PhD mengatakan, kondisi Korea Selatan sebagai pemroduksi
kapal terbesar di dunia turut mendorong pembukaan double degree ini. Pasalnya, mahasiswa dirasa perlu belajar dari
MNU sebagai motor penggerak industri tersebut. “Kerjasama ini ikut andil dalam
menyediakan lulusan berkualitas,” ujarnya.
Selain menghasilkan lulusan yang
berkualitas, menurut Wasis, kerjasama ini juga ditargetkan mampu membuka
jaringan bisnis berskala internasional bagi mahasiswa ke depannya. “Di sini
mahasiswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi permasalahan di dunia kerja
nantinya,” lanjut Wasis.
Program yang kali pertama bagi Teknik
Perkapalan ini juga mampu membuka peluang lulusannya untuk bekerja di Korea.
Kerja praktik dan pengerjaan skripsi di sana menjadi kunci mahasiswa untuk
mempelajari etos kerja dan kedisiplinan mereka. “Harapannya setelah pulang,
mereka dapat mengaplikasikan ilmunya di Indonesia,” imbuh alumnus Newcastle
University tersebut.
Progam double
degree ini ditetapkan setelah penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) pada 4 April 2018 lalu. Tahun ini baru
dapat dilakukan pendaftaran melalui Progam Kemitraan dan Mandiri (PKM) dengan
daya tampung 40 orang. “Tidak ada syarat khusus bagi para pendaftar, hanya saja
akan dilakukan tes bahasa Inggris di akhir seleksi penerimaan mahasiswa baru,” jelas
pria asal Bojonegoro itu.
Mahasiswa yang dinyatakan lulus dan
diterima pada progam double degree
akan mengikuti kursus bahasa Inggris dan bahasa Korea secara intensif. Mereka
akan berkuliah selama tiga tahun di ITS dan satu tahun di Korea dengan bahasa
pengantar bahasa Inggris. Sistem kredit semester (SKS) yang ditentukan adalah
82 di ITS dan 63 di MNU. “Mereka akan mendapat gelar ST dari ITS dan BEng dari
Korea,” tambahnya.
Di akhir wawancara, pria berkacamata itu
menambahkan pusat industri perkapalan tidak pernah menetap, selalu berpindah
dari satu negara ke negara lain. Dulu bangsa Eropa menjadi pemrakarsa lewat
ekspedisi pelayarannya, menginjak tahun 90-an pusat industri kapal ada di
tangan Jepang, dan saat ini di era tahun 2000
pusatnya bergeser ke Korea dan Cina. Hal ini tidak menutup kemungkinan
pusat industri itu beralih ke Indonesia.
“Bukan mustahil jika Indonesia nantinya juga
bisa menjadi pusat industri kapal dunia, oleh karena itu kami sedang bersiap
diri untuk menyongsongnya,” pungkasnya.
Halo min
BalasHapusGw sedikit tergelitik untuk memberikan komen di sini. Gw salah satu mahasiswa yang ngambil double degree program di salah satu kampus swasta. Dan menurut gw double degree program akan sangat baik kalo di laksanakan dengan praktek, yang kita perlu cari itu adalah ilmu lapangan mereka bukan sekedar teori dan title saja.
Sebuah penyesalan yang gw alami di kampus adalah mereka yang membuat double degree program itu sudah lebih money oriented which is pasti nyari duit dari kerjasamanya. Gw berharap ITS bener" ambil keputusan ini untuk memperbaiki sistem pendidikan bukan untuk mencari uang lebih.
Sorry klo ada kata yang salah, gw hanya pengen share aja hehehe