Untuk membentengi mahasiswa dari paham
radikalisme, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengundang
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik
Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Ir Hamli ME, untuk menyampaikan kuliah umum
bertema Strategi Pencegahan Terorisme di
Perguruan Tinggi dalam acara Pengukuhan Mahasiswa Baru Tahun Akademik
2018/2019 di Graha Sepuluh Nopember ITS, Selasa (14/8).
Hamli mengawali penjelasannya dengan
menyampaikan, terorisme merupakan permasalahan yang berskala internasional. Terlebih
lagi di daerah yang sering terjadi konflik seperti Suriah dan Afghanistan. “Pelaku
terorisme menganggap daerah tersebut merupakan lahan subur untuk melakukan
aksi-aksi mereka,” terang pria kelahiran Juli 1962 ini.
Ditegaskan Hamli, aksi-aksi terorisme
memiliki dampak yang sangat buruk, di antaranya mengakibatkan kerugian material
yang sangat besar dan telah menyengsarakan masyarakat. “Mulai dari kehilangan
harta, tempat tinggal, bahkan tidak sedikit yang kehilangan saudara-saudaranya
karena telah meninggal akibat terorisme,” tandasnya.
Pria yang menjabat sebagai Direktur
Pencegahan BNPT sejak 7 Februari 2017 ini menyampaikan, berdasarkan riset oleh
Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP) pada tahun 2012
menyebutkan, 45 persen motif aksi teror adalah ideologi agama. “Banyak dari
pelaku aksi teror juga merupakan korban dari pemahaman-pemahaman yang salah
yang ditanamkan pada diri mereka, seperti memaknai jalan satu-satunya jihad
adalah perang,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, narasi radikalisme
dan intoleransi yang sangat kuat mengitari masyarakat juga merupakan penyebab
utama timbul konflik dalam masyarakat. Narasi-narasi tersebut di antaranya
narasi militansi yang menanamkan kebencian terhadap yang lain, narasi
keterancaman, narasi teori konspirasi tentang terorisme, narasi umat yang
diperlakuan tidak adil, dan narasi intoleransi terkait sentiment keagamaan. “Narasi-narasi
tersebut masih menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat yang berpotensi
mengarah pada terorisme,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi potensi-potensi
ancaman tersebut, BNPT telah menyusun strategi pencegahan radikal teror di
perguruan tinggi yang diharapkan dapat diterapkan oleh setiap perguruan tinggi,
termasuk di ITS. Ia juga mengajak kepada seluruh mahasiswa baru ITS untuk turut
berkontribusi dalam pelaksanaan pencegahan radikalisme dan terorisme di
Indonesia.
Menurutnya, Perguruan Tinggi merupakan
tempat yang sangat tepat untuk dapat mencerdaskan generasi bangsa agar
mewaspadai tentang bahaya ancaman-ancaman terorisme. Karena pemuda dan
mahasiswa rentan terpapar paham radikalisme. Hal ini dibuktikan, sebagian besar
pelaku-pelaku terorisme di Indonesia merupakan seorang pemuda. “Oleh karena
itu, ujung tombak yang paling tepat untuk melawan terorisme juga adalah
pemuda,” imbuhnya.
Di akhir kuliah umum ini, Hamli juga mengundang
Yudi Zulfahri, seorang mantan teroris yang pernah menjadi bagian dari pendukung
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk memberikan testimoni di hadapan para mahasiswa
mengenai pengalamannya.
Yudi Zulfahri selaku mantan teroris memberikan pencerahan dan motivasi kepada mahasiswa baru ITS agar tidak terjebak tipu daya terorisme |
Yudi menceritakan bahwa dirinya dulu
merupakan pelajar dan mahasiswa biasa yang juga membenci terorisme. Namun,
setelah ia mengikuti sebuah kelompok pengajian tertentu, semakin lama ia tidak
sadar jika dirinya telah dihanyutkan oleh pemahaman yang menganggap bahwa
ajaran yang diterimanya adalah yang paling benar dan ajaran yang lain adalah
salah.
Berdasarkan pengalamannya tersebut, ia
mengimbau kepada para mahasiswa agar menjauhi pemahaman-pemahaman yang mengarah
kepada intoleransi dan merasa paling benar sendiri serta suka memvonis sesat di
luar kelompok atau pemahamannya.
Untuk membagikan pengalamannya agar tidak
ada lagi pemuda yang terjerumus dalam terorisme, Yudi sekarang menjadi Direktur
dari Yayasan Jalin Perdamain yang fokus mengadakan sosialisasi-sosialisasi
pencegahan terorisme di sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia.
Penjelasan dari Brigjen Hamli dan Yudi Zulfahri menarik antusiasme dari 4.994 mahasiswa baru ITS tahun akademik 2018/2019 tersebut. Yang terdiri dari 3.647 program sarjana, 642 program vokasi, dan 705 program pascasarjana. Mereka secara resmi dikukuhkan menjadi mahasiswa ITS oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Dr Ir Heru Setyawan MEng yang bertindak mewakili Rektor ITS yang sedang berhalangan hadir. (HUMAS ITS)
Penjelasan dari Brigjen Hamli dan Yudi Zulfahri menarik antusiasme dari 4.994 mahasiswa baru ITS tahun akademik 2018/2019 tersebut. Yang terdiri dari 3.647 program sarjana, 642 program vokasi, dan 705 program pascasarjana. Mereka secara resmi dikukuhkan menjadi mahasiswa ITS oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Dr Ir Heru Setyawan MEng yang bertindak mewakili Rektor ITS yang sedang berhalangan hadir. (HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar