Sadar akan adanya perbedaan pola pikir dan perubahan
budaya yang ada pada generasi milenial, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
didaulat oleh Majelis Senat Akademik (MSA) dari 11 Perguruan Tinggi Negeri
Berbadan Hukum (PTNBH) sebagai tuan rumah Sidang Paripurna untuk mendiskusikan
metode pembelajaran bagi generasi milenial di Isyana Ballroom Hotel Bumi
Surabaya, Senin (29/10).
Ketua Senat Akademik (SA) ITS yang sekaligus Ketua MSA
PTNBH, Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, mengatakan bahwa rapat ini dihadiri oleh
110 anggota SA dari 11 PTNBH dengan membawa tema besaran yaitu Mengukuhkan Kemandirian dan Peran Aktif
PTNBH untuk Bersama Membangun Masyarakat dan Industri di Era Milenial.
Sidang Paripurna ini nantinya akan berlangsung selama
dua hari hingga 30 Oktober 2018. Ia mengatakan, pada hari pertama fokus
pembahasan tentang langkah dan kesiapan PTNBH dalam menyiapkan metode pembelajaran
yang cocok bagi generasi milenial. “Sehingga ketika mereka menyelesaikan
pendidikannya di perguruan tinggi, mereka bisa bermanfaat bagi masyarakat dan
siap diterima dalam dunia industri,” tutur guru besar Teknik Sipil ini.
Sedangkan pada hari kedua nantinya, lanjut pria yang
kerap disapa Probo ini, para anggota senat dari berbagai PTNBH yang ada di
Indonesia ini akan berfokus membahas Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) PTNBH
dan sharing antar PTNBH terkait
masing-masing metode pembelajaran generasi milenial di perguruan tinggi mereka.
Probo menjelaskan, agenda Sidang Paripurna MSA PTNBH
kali ini merupakan lanjutan dari dua Sidang Paripurna sebelumnya. Yaitu, pada
Sidang Paripurna yang pertama diadakan pada 4 - 5 April 2018 lalu di ITS dan
Sidang Paripurna kedua di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 23-24 Agustus
2018.
Pada sidang pertama, telah membahas perihal
upaya-upaya menuju pengesahan RPP tentang PTNBH dan Sidang Paripurna di Bogor
membahas revolusi industri 4.0, termasuk dampaknya kepada metode pembelajaran bagi
mahasiswa.
"Besok (30/10) juga akan diadakan Rapat Tim
Khusus MSA PTNBH untuk mengupayakan kembali penetapan PP tentang PTNBH agar
memberikan dasar hukum yang kokoh bagi kemandirian PTNBH dalam melaksanakan
Tridharma Perguruan Tinggi," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala
Laboratorium Beton ITS itu.
Sementara itu, Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MSc ES
PhD yang hadir membuka Sidang Paripurna tersebut mengatakan, yang menjadi
tantangan atas tema besaran sidang kali ini adalah bagaimana cara perguruan
tinggi mengembangkan metode pembelajaran generasi milenial agar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan industri.
Ia menjelaskan, ketika berbicara generasi milenial,
pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apakah kita (PTNBH, red) sudah benar
memahami bagaimana generasi milenial ini yang sesungguhnya. "Ini sederhana
sebenarnya, tapi ini juga menjadi poin penting dalam mengembangkan metode
pembelajaran ini. Kita (perguruan tinggi, red) harus memahami betul terlebih
dahulu siapa generasi milenial ini," terangnya.
Ia melanjutkan, yang menjadi problem berikutnya adalah
terkait regulasi. Karena sebagai PTNBH dianggap cukup dewasa menentukan jalan
sendiri, mempunyai otonomi untuk menentukan langkah. Kadang otonomi ini menjadi
bumerang bagi perguruan tinggi sendiri. "Sering kali malah kita (perguruan
tinggi, red) terjebak oleh regulasi-regulasi yang dibuat sendiri, padahal dalam
menghadapi generasi milenial ini, kita harus dituntut lebih dinamis,"
tandasnya.
Ia mencontohkan, dalam rangka menjadi lebih dinamis
tersebut, kini ITS telah berani mengambil langkah strategis. ITS merubah sistem
dan kurikulum pendidikannya agar mahasiswanya langsung bisa berhubungan dengan
industri. Mahasiswa kini diberi kesempatan untuk magang di Industri hingga satu
tahun lamanya. Hal itu dengan memperhatikan masa studi yang tidak terganggu,
karena kampus akan mengkonversi materi-materi selama ia magang menjadi
nilai-nilai akademik yang setara dengan mata kuliah di jurusannya.
"Saat ini, hal itu sudah mulai kita (ITS, red)
kerja samakan dengan BUMN maupun Industri Swasta yang ada di Indonesia. Kita
perlu melakukan itu karena prinsip secara strategis dapat memenuhi kebutuhan
industri," tandasnya.
Ia juga menambahkan, sebagai Rektor dirinya menyadari
bahwa tidak semua mata kuliah yang diberikan oleh kampus menjadi fokus mereka
dalam dunia kerja nantinya. Maka, kebijakan ini merupakan langkah dinamis ITS
untuk menyiapkan mahasiswanya agar siap memasuki era industri 4.0. "Ini
yang sudah kita lakukan di ITS, kalau tidak kita akan tertinggal apalagi di era
milenial," ujar Guru Besar Teknik Lingkungan ITS itu.
Senada dengan Rektor ITS, salah satu pemateri dari
Staf Ahli Bidang Akademik Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti) Prof Dr Paulina Pannen MLs mengatakan, di setiap program
studi yang ada di perguruan tinggi, baik perguruan tinggi sosial-sains maupun
sains dan teknologi, semua harusnya memiliki partner industri untuk tempat
belajar kedua bagi mahasiswanya selain kampus.
Ia menjelaskan, ada tiga pilar penting dalam
menanamkan metode pembelajaran bagi mahasiswa milenial untuk siap menghadapi
era industri 4.0. Pertama, yaitu sumber literasi yang semakin beragam, yang
meliputi digital, teknologi dan human
literatur, ekstra kurikuler untuk meningkatkan leadership dan teamwork
dan juga entrepreneurship.
Kedua adalah metode pembelajaran hybrid learning, yaitu pembelajaran yang bisa dilakukan melalui
daring atau online. Sedangkan pilar
ketiga adalah life longlearning.
Untuk pilar ketiga ini, ia menjelaskan seharusnya kampus bisa menjadi rumah
kedua bagi mahasiswanya. Sehingga pascalulus nanti, ia akan senantiasa kembali
ke kampusnya ketika ingin belajar ilmu baru.
"Misalkan, ketika saya di pekerjaan saya
membutuhkan ilmu e-commerce dan ingin
mempelajarinya di kampus saya terdahulu. Kebanyakan disuruh ambil jurusan
manajemen dan belajar dari awal, di sinilah peran PTNBH harus dinamis dalam
membuat peraturan akademik" terangnya.
Menurutnya, untuk kasus yang ia contohkan tersebut.
Harusnya alumni atau seseorang tidak harus berkuliah secara full ketika ingin
belajar satu ilmu baru. Cukup di kampus tersebut disediakan kelas khusus atau
pembelajaran melalui daring untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu tersebut.
Sedangkan pembicara kedua dalam diskusi tersebut Pakar
Metode Pembelajaran dari Universitas Padjajaran (UNPAD) Prof Ir Tarkus Suganda
MSc PhD menjelaskan ciri-ciri generasi yang juga sering disebut generasi Z ini.
Berdasarkan survey dari harian Washington Post dikatakannya, generasi Z ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut; kurang fokusnya terhadap sesuatu, gampang
teralihkan, memiliki kemampuan multitasking, senang mengambil langkah lebih
awal atau pionir, lebih memiliki jiwa entrepreneur,
gadget adiktif dan terlalu menaruh ekspektasi terlalu tinggi terhadap sesuatu
yang berhubungan dengan mereka.
Tarkus juga menjelaskan, generasi ini juga memiliki
kecenderungan konsentrasi mereka akan bertahan hanya dalam waktu 10 menit. Jika
sesuatu itu ia anggap tidak menarik, mereka akan tinggalkan dan tidak hiraukan.
"Oleh karena itu dibutuhkan metode yang variatif untuk mengajar para generasi
milenial ini," katanya.
Pembicara lain yang juga dihadirkan dalam diskusi
tersebut adalah Dr Tjut Rifameutia Umar Ali MA, pakar psikologi pendidikan dari
Universitas Indonesia (UI).
Pada agenda hari kedua nantinya, juga akan
ditentukan rumusan program dan jadwal kerja MSA PTNBH periode 2018-2019 dalam
tiap Komisi dan Tim MSA, serta Penetapan logo MSA PTNBH secara resmi. (HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar