Semakin tingginya permintaan beton sebagai salah satu bahan
utama konstruksi bangunan saat ini, kurang diimbangi dengan ketersediaan semen
yang merupakan bahan baku pembuat beton. Melihat fenomena yang ada tersebut,
tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berinisiatif
melakukan inovasi dalam merancang beton yang lebih ekonomis dan ramah
lingkungan.
Dalam uji coba pembuatan beton ini, abu terbang (fly ash) atau yang dikenal dengan pulverised fuel ash (PFA) dipilih
sebagai alternatif pengganti semen. Menurut salah satu anggota tim, Cita Nanda
Kusuma Negari, fly ash merupakan sisa dari hasil pembakaran batu bara
yang mengandung beberapa jenis logam berat yang jika tidak diolah dengan benar
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Di samping itu, penggunaan fly ash mampu mengurangi biaya pembuatan beton, sekaligus menekan
pemanasan global. “Hal ini dikarenakan jika menggunakan semen portland biasa, proses produksinya
banyak melepaskan gas karbondioksida yang berdampak pada pemanasan global,”
terangnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, substitusi semen dengan
abu terbang ini juga melibatkan penggunaan limbah sekam padi dan limbah
cangkang kerang. Kedua limbah tersebut digunakan sebagai campuran pembuatan
beton karena mengandung senyawa kimia yang dapat meningkatkan kekuatan beton.
“Poin utama yang kami tawarkan adalah mendaur ulang limbah menjadi bahan yang
memiliki nilai tambah,” jelas mahasiswi Teknik Sipil tersebut.
Wanita yang akrab disapa Cita ini menjelaskan, baik
abu terbang, abu sekam, maupun cangkang kerang tersebut ketiganya banyak
mengandung bahan silika dan alumina. Kandungan silika yang tinggi berperan
dalam reaksi hidrasi sekunder beton yang dapat meningkatkan kekuatan beton
jangka panjang. “Mereka bisa bereaksi lama dan dapat meningkatkan kuat tekan
dan kuat tarik beton,” tutur mahasiswi tahun kedua ini.
Cita mengakui bahwa hasil yang didapat oleh timnya yang
bernama Tim Abhinaya S60 ini membutuhkan usaha keras. Dalam proses pembuatan
beton tersebut, tim melakukan berbagai trial
and error untuk memastikan bahwa
beton benar-benar kuat, salah satunya dengan uji slump. “Uji tersebut dilakukan untuk menentukan kekakuan campuran
beton dalam menentukan tingkat workability-nya,”
tambahnya.
Dengan adanya inovasi ini, tim Cita bersama Patricia
Mayang Putri dan Kuntoro Tanoto ini berharap hasil pemikirannya dapat
bermanfaat bagi perkembangan industri konstruksi. Keunggulan beton yang
dirancang oleh tim yang dibimbing oleh Prof Tavio ST MT PhD ini memiliki
kekuatan yang baik, ramah lingkungan, dan berkualitas tinggi. “Semoga produk
kami akan mampu menjawab tantangan pengelolaan limbah dan sekaligus mengurangi
konsumsi semen,” tandasnya.
Tim Abhinaya S60 ini pun telah membuktikan
keunggulannya dengan berhasil menyabet juara pertama dalam kompetisi nasional
bertajuk Warmadewa High Strength Concrete
Competition di Universitas Warmadewa Bali, akhir Oktober lalu. (HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar