Munculnya berbagai isu terkait ancaman terhadap
pertahanan wilayah perairan terluar Indonesia, menginspirasi mahasiswa Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi dalam pengembangan sebuah gagasan
mercusuar yang diberi nama Vateguard sebagai
solusi atas ancaman yang ada. Vateguard sendiri
merupakan kependekan dari the Private Eye
and the Guardian.
Ialah Muhammad Rizky Syarifudin, Ferdita Syalsabila dan
Indah Aqnaita Tidar Yasmin dari Departemen Teknik Kelautan yang mengemukakan
gagasan mercusuar tersebut. Rizky atau yang akrab disapa juga Udin mengatakan, permasalahan
di wilayah terluar Indonesia khususnya wilayah laut akan lebih kompleks dari
saat ini. “Terutama potensi tenggelamnya daratan di daerah luar tersebut
semakin membayang-bayangi perbatasan perairan Indonesia,” ujar Udin.
Maka dari itu, Udin dan tim menciptakan gagasan suatu
gagasan yang unik berupa pembuatan mercusuar pada salah satu wilayah terluar
perairan Indonesia. “Mercusuar inilah yang akan menjadi penanda batas wilayah
Indonesia,” jelas Udin yang didapuk sebagai ketua tim ini dengan antusias.
Menurut Udin, hal ini dikarenakan berdasarkan beberapa
penelitian dan jurnal terkait, daerah terluar Indonesia yang berupa pulau yang
menjadi perwakilan garis pantai wilayah Indonesia berdasarkan acuan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) memiliki berbagai ancaman. Ancaman tersebut baik yang
saat ini sedang terjadi, ataupun yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa
waktu yang akan datang.
Adanya potensi tenggelamnya pulau-pulau kecil di
daerah terluar tersebut, bisa dipastikan memberikan berbagai kerugian bagi
Indonesia, salah satunya ialah berkurangnya luas daerah Indonesia. Global Warming (pemanasan global) dan
gempa bumi disinyalir menjadi ancaman lenyapnya pulau-pulau tersebut.
Mahasiswa jangkung ini pun menambahkan, selain berfungsi
untuk mencegah pengurangan wilayah karena aturan ZEE, mercusuar tersebut sebenarnya
juga dapat dijadikan sebuah pangkalan militer. Hal tersebut dikarenakan
Mercusuar Vateguard dirancang agar mampu menjadi pangkalan militer Angkatan
Laut Indonesia, yang di dalamnya terdapat berbagai sarana penunjang pertahanan
dan keamanan nasional.
Selain itu, Udin juga menjelaskan bahwa gagasan proyek
mercusuar ini, diharapkan mampu mengurangi tingkat penangkapan ikan secara
ilegal yang dilakukan nelayan luar yang tidak berhak memancing ikan di wilayah Indonesia
tersebut.
Tidak seperti pada mercusuar kebanyakan yang dibangun
di atas sebuah pulau, Mercusuar Vateguard ini dirancang untuk dapat berdiri
kokoh di atas laut. Dengan memanfaatkan prinsip bangunan offshore (lepas pantai), mercusuar ini dibentuk menyerupai Jacket (jenis bangunan lepas pantai yang
memiliki kaki dan menancap hingga lapisan tanah di dalam laut). Hanya saja,
terdapat perbedaan pada rancangan rangka kaki, bahan dasarnya, dan juga adanya
mercusuar pada bagian atas bangunan ini.
“Dengan mercusuar ini, kita seperti membuat sebuah
patok untuk Indonesia, di mana saat pulau terluar Indonesia itu akan hilang, maka
wilayah Indonesia tidak akan semakin menyempit tapi masih tetap dengan wilayah
utuhnya,” papar mahasiswa berkacamata ini. Ke depannya, mereka berharap agar gagasan
mereka ini dapat dikembangkan lebih matang lagi dan juga mereka berharap agar
pihak yang berwenang dalam urusan maritim ini mampu mewujudkan gagasan ini.
Gagasan inovatif ini pun telah berhasil menyabet
juara I pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional (LKTIN) El Nino yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Oseanografi (HIMAOSE) Universitas
Diponogoro (Undip), akhir Oktober lalu. Gagasan mercusuar vateguard yang mereka
bawakan dalam lomba yang mengangkat tema Meningkatkan
Peran Generasi Muda sebagai Lentera Bangsa dalam Membangun Kedigdayaan
Nusantara sebagai Negara Poros Maritim itu dianggap unik oleh juri dan
diyakini mampu menjadi alternatif yang inovatif. (HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar