Dewasa ini banyak produk kecantikan yang mengandung
karbon aktif sebagai bahan yang sudah umum di industri kosmetik. Terinspirasi hal
tersebut, dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi
menciptakan masker wajah dari bahan alami, yakni sekam padi yang juga
mengandung karbon aktif.
Inovasi produk yang diberi nama Malami ini, berhasil mengantarkan Siti Muzaimatul Mamnu’ah dan
Movilicia Wahyu Mustikasari lulus untuk mendapatkan gelar diploma dari Departemen
Teknik Kimia Industri, Fakultas Vokasi ITS.
Sebenarnya, karbon aktif dapat dibuat dari hampir
seluruh materi organik. Namun kedua gadis yang akrab disapa Siti dan Movi ini memilih
mendapatkan bahan baku karbon aktif dari arang sekam padi. “Mengingat harganya
yang terjangkau dan kelimpahannya yang tinggi di Indonesia,” ujar Movi.
Movi menuturkan, setelah didapatkan karbon aktif,
bahan tersebutlah yang kemudian digunakan dalam pembuatan masker. Menurutnya,
karbon aktif dikenal memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat, gas, dan
bahan kimia beracun lainnya. “Di samping itu, karbon aktif juga memiliki
kemampuan mengabsorbsi bakteri,” terangnya.
Mengingat maraknya produk kecantikan berbahan karbon
aktif di pasaran, Movi mengemukakan, penambahan ekstrak mengkudu serta madu
adalah kekhasan dalam produknya. Sehingga, ia mengklaim, masker wajah yang
dibuat bersama rekannya ini mampu menjaga kesehatan kulit seperti menghilangkan
komedo dan jerawat tanpa merusak pigmen dan kelembaban kulit.
Terkait hal itu, Movi menjelaskan, ekstrak mengkudu
mengandung phytochemical dan vitamin
C yang berfungsi sebagai antioksidan. “Kadar antioksidan yang tinggi dalam
mengkudu dapat mencegah kerusakan kulit akibat paparan radikal bebas,”
paparnya.
Untuk menutupi bau menyengat yang dihasilkan oleh
ekstrak mengkudu, Movi dan rekannya menambahkan madu sebagai bahan masker.
Selain karena kemampuannya mengurangi bau, Movi menyebutkan madu juga dapat
bertindak sebagai antibakteri. “Keberadaan madu dalam produk ini juga
difungsikan sebagai pengawet masker,” tambahnya.
Inovasi yang digarap
di bawah bimbingan Ir Agus Surono MT ini telah mengalami sejumlah pengujian, di
antaranya terhadap kadar pH, kandungan logam berat, serta mikroba. “Hasilnya
menunjukan produk ini telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
dalam tiga parameter tersebut,” ungkap alumnus SMAN 1 Trenggalek ini. (fat/owi/HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar