Alat pemadam api ringan (APAR) yang kebanyakan digunakan
selama ini, masig belum seratus persen aman bagi lingkungan maupun penggunanya
sendiri. Berangkat dari itu, Anjas Muhammad Bangun, mahasiswa Departemen Teknik
Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang APAR dengan
menggunakan getaran suara dalam Tugas Akhir (TA) program studi sarjananya saat
ini.
Lewat TA berjudul Pemadam
Api Berbasis Efek Vibrasi Suara Menggunakan Mikrokontroler STM32, Anjas
mencoba menghadirkan inovasi yang belum ada di Indonesia selama ini.
Bermodalkan rasa keingintahuan yang tinggi dan kegemaran membaca jurnal-jurnal
internasional, dirinya menjadi tahu bahwa ada cara lain untuk memadamkan api
tanpa bahan-bahan kimia yang berbahaya.
Dari situ pula, pria yang murah senyum ini mencoba
mempelajari penelitian-penelitian terdahulu dari para ilmuwan luar soal
hubungan gelombang suara dengan pemadaman api. Alhasil, pria asal Cilegon
tersebut mampu menyederhanakannya dalam sistem tertanam pada sebuah alat.
Alat tersebut kemudian terdiri dari dua subsistem,
yaitu sensor dan main controller.
Dalam subsistem sensor akan bekerja sebagai pendeteksi temperatur dengan
pancaran sinar infrared. Sedangkan subsistem main controller-nya lah yang akan mengolah hasil sensor tersebut,
untuk akhirnya dijadikan gelombang suara yang mampu memadamkan api.
Dalam karya TA di bawah bimbingan dosen Dr Muhammad
Rivai ST MT ini, Anjas menggunakan sifat-sifat fisika dari gelombang suara
untuk menyelesaikan masalah kebakaran. Dirinya juga melakukan pendekatan
teknologi mutakhir seperti mikrokontroler STM32, agar tercipta alat yang lebih portable dan punya mobilitas yang
tinggi.
“Karena alat ini tidak menggunakan air, karbon dioksida
dan foam, maka tingkat keamanan dan
mobilitas yang diciptakannya cukup tinggi jika dibandingkan dengan APAR
konvensional yang sudah ada,” tutur wisudawan cum laude peraih IPK 3,53 yang akan diwisuda pada Sabtu (16/3) ini.
Namun karena hal yang dilakukannya ini termasuk baru
di Indonesia, maka ada beberapa kesulitan yang Anjas temui. Mulai dari soal
peralatan hingga masalah teknis dalam percobaan alatnya. Contohnya, seperti
usahanya dalam membangkitkan gelombang suara dari frekuensi rendah agar sampai
ke titik yang mampu mamadamkan api.
Meskipun demikian, Anjas tak langsung puas diri
dan siap melakukan tantangan lain untuk mengembangkan alat ini. “Karena ini
masih berfungsi untuk memadamkan api skala kecil, ke depannya saya harap bisa
untuk peristiwa kebakaran yang lebih besar,” pungkas pria 22 tahun ini. (yok/HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar