Kesalahan penggunaan alat olahraga treadmill yang sudah sangat populer bagi
penggemar fitness, sering menyebabkan
hasil yang akhirnya tidak optimal pada penggunanya. Berlatar hal tersebut, mahasiswa
Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan
inovasi dengan memodifikasi treadmill konvensional
untuk didapatkan hasil yang maksimal.
Adalah Dian Azmi Habibi yang menciptakan sistem prototype (purwarupa) treadmill otomatis berdasarkan data
detak jantung dalam penelitian Tugas Akhir (TA)-nya. Data yang digunakan untuk
mengontrol kecepatan treadmill
diambil menggunakan sensor Photoplethysmography
(PPG) pada smartwatch. Sistem
yang ia inisiasi ini dirancang menggunakan Single
Board Computer (SBC) untuk kemudian dipasang ke treadmill.
Mahasiswa yang akrab disapa Habibi ini menjelaskan,
olahraga menggunakan treadmill atau
sering dikenal dengan sebutan treadmill workout
merupakan olahraga yang mengaplikasikan gerakan jalan, jalan cepat, dan
berlari. Sehingga olahraga ini memiliki manfaat untuk melatih otot jantung (cardio). “Oleh karena itu, akan lebih
baik jika kecepatan treadmill dapat
disesuaikan dengan detak jantung penggunanya,” ujar Habibi.
Dijelaskan oleh mahasiswa asal Surabaya ini, pada treadmill konvensional sudah terdapat
sensor detak jantung untuk mengetahui berapa detak jantung pengguna. Namun,
data sensor tersebut tidak digunakan sebagai acuan untuk mengatur kecepatan
pada treadmill, melainkan hanya
digunakan untuk mengetahui detak jantung penggunanya.
Oleh karena itu, kata Habibi, dengan menggunakan
sensor PPG yang sudah terdapat pada smartwatch
Xiaomi Mi Band 2, Habibi hanya perlu mengintegrasikan hasil dari
pendeteksian detak jantung dengan sistem kontrol dari treadmill. Sehingga kecepatan treadmill
akan menyesuaikan dengan algoritma yang sudah ditanamkan pada SBC.
“Selain detak jantung, kecepatan treadmill juga ditentukan dengan jenis kelamin, umur, dan berat
badan yang sebelumnya sudah diinputkan sendiri oleh pengguna,” ungkap mahasiswa
kelahiran Surabaya, 5 Januari 1996 ini.
Sistem yang ia kerjakan di bawah bimbingan Arief
Kurniawan ST MT dan Ahmad Zaini ST MSc ini, beroperasi dengan cara menghubungkan
SBC dengan smartwatch yang digunakan
oleh pengguna di tangan mereka seperti jam tangan biasa. Setelah perangkat
terhubung dengan SBC, smartwatch akan
secara otomatis merekam detak jantung dari pengguna.
Selanjutnya, data rekaman detak jantung akan dikirimkan
secara real time ke sistem kontrol treadmill. “Setelah itu, kecepatan treadmill akan naik atau turun secara
perlahan-lahan setelah lima detik sesuai dengan kecepatan detak jantung
penggunanya,” papar Habibi lagi.
Habibi juga menceritakan bahwa sebelumnya penelitian
serupa pernah dilakukan di Departemen Teknik Komputer oleh salah seorang seniornya,
Vika Octaviani, pada tahun 2017 lalu. Namun, penelitian tersebut masih menggunakan
Electrocardiograph (ECG) yang
ditempelkan pada dada pengguna untuk merekam detak jantung. Sehingga akan
menyulitkan pengguna untuk bergerak.
“Dengan menggunakan smartwatch yang hanya digunakan pengguna di tangan tentu akan lebih
memudahkan pengguna untuk bergerak saat melakukan olahraga di atas treadmill ini,” pungkas Habibi. (rur/HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar