Melihat permasalahan sampah plastik yang masih marak
terjadi di masyarakat, Tim Antasena Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
berhasil membuat inovasi dengan membuat alat untuk mengolah sampah plastik
menjadi bahan baku 3D Printing (Mesin Cetak Tiga Dimensi). Inovasi itu pun sukses merebut medali
perunggu atau Bronze Medal dalam
ajang Malaysia Technology Expo (MTE) 2019
yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia selama tiga hari, hingga Sabtu
(23/2) lalu.
Perlombaan bertaraf internasional ini diikuti Tim
Antasena yang diwakili oleh tiga mahasiswa yang terdiri dari Raihan dan Cut
Irma Fitri dari Departemen Teknik Material, serta Nadya Paramitha dari
Departemen Teknik Perkapalan. Staf elektrik Tim Antasena, Raihan menjelaskan
bahwa alat yang mereka buat tersebut bernama Single Screw Extruder Portable.
Saat ini, menurut Raihan, penggunaan teknologi mesin
cetak 3D sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, selain
untuk mengatasi permasalahan sampah plastik, penggunaan teknologi ini juga
diharapkan bisa untuk memenuhi kebutuhan tentang bahan baku mesin cetak 3D.
Raihan kembali menjelaskan, alat yang digerakkan
dengan energi listrik ini bekerja dengan cara memadatkan dan menekan sampah
plastik yang akan diolah. Kemudian padatan tersebut dipanaskan sampai dengan
temperatur sekitar 200-300 derajat celcius. “Selanjutnya mesin ini akan
menghasilkan padatan yang bisa digunakan untuk bahan baku mesin cetak 3D,”
papar Raihan.
Mahasiswa angkatan 2017 tersebut juga mengharapkan
alat ini bisa digunakan oleh banyak orang pengguna. “Dengan alat yang sudah
dirancang secara portable (mudah
dibawa kemana-mana, red) ini, para pengguna bisa mengolah sampah secara praktis
dan bermanfaat,” tutur mahasiswa yang berasal dari Bogor tersebut.
Mengenai Tim Antasena yang selama ini sudah terkenal
dengan riset mobil hematnya, Raihan kembali menegaskan bahwa sebenarnya dalam
tim ini tidak hanya bergerak pada inovasi bidang otomotif. “Namun juga
berinovasi pada pengembangan alat aplikasi teknologi yang salah satunya
terciptanya alat ini (Single Screw Extruder
Portable, red),” ungkap Raihan.
Dengan keberhasilan alat ini, sambung Raihan, tentunya
bisa diharapkan untuk membantu Tim Antasena sendiri dalam melakukan riset
mobilnya, khususnya untuk persiapan menghadapi berbagai perlombaan yang telah
menanti. Dalam hal ini, Raihan berharap bahwa pengembangan riset dari alat ini
akan terus dilakukan sampai dengan mendapatkan hasil yang maksimal. (sof/ HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar