Penipisan cadangan energi di bumi menuntut manusia
berinovasi untuk menciptakan energi alternatif demi keberlangsungan hidupnya. Berkaca
hal tersebut, Dr Drs Mahmudi MSi dalam disertasinya meneliti nanopartikel
mangan dioksida (MnO2) sebagai katalis menggunakan metode elektrolisis, untuk
pembuatan baterai sebagai energi alternatif di masa depan.
Dalam presentasinya di Sidang Terbuka Promosi Doktor
di Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Rabu
(20/2), Mahmudi yang meneliti bersama promotornya Prof Dr Ir Heru Setyawan MEng
menjelaskan bahwa mangan tersebut dielektrolisis menjadi katalis. Yang selanjutnya
katalis tersebut bisa digunakan untuk mereduksi oksigen menjadi air.
Menurut Prof Heru, ide menciptakan alternatif energi
ini didasari oleh fenomena penipisan energi konvensional dunia dan kurangnya
akses energi di daerah pelosok Indonesia. Keresahan ini menginspirasinya untuk
dapat menciptakan baterai dengan bahan katalis yang mudah ditemukan di
Indonesia, namun murah secara ekonomis. “Sebelumnya sudah ada inovasi katalis
dengan bahan aktif platina, namun harganya yang mahal sehingga harus mencari bahan
aktif lainnya,” papar Wakil Rektor I ITS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ini.
Ide tersebut kemudian dibawa oleh Mahmudi yang juga
dosen di Universitas Negeri Malang (UM) untuk diteliti lebih lanjut. Dengan
judul disertasi Sintesis Nanopartikel
MnO2 dengan Metode Elektrolisis dan Aplikasinya, ternyata penelitian ini
tidaklah sebentar. Selama kurang lebih 13 semester studi doktoralnya, Mahmudi
terus mengalami trial and error. “Masa
penelitian yang cukup panjang ini disebabkan karena katalis yang dihasilkan
belum maksimal,” ungkap pria kelahiran Jombang, 20 April 1959 ini.
Variabel yang disoroti oleh Mahmudi untuk menghasilkan
katalis yang efektif dan efisien adalah derajat keasamannya (pH). Dengan
menggunakan pH 0,2 baterai ini dihasilkan energi yang cukup besar dalam waktu
yang singkat. “Sebelum itu saya juga pernah menguji dengan pH 0,175 dan proses
sintesis memerlukan waktu lebih satu hari, dan ketika menggunakan pH 0,2 hanya
memerlukan waktu 15 menit untuk menghasilkan jumlah energi yang sama,” ujarnya.
Mahmudi menuturkan bahwa untuk mendapatkan angka pH
0,2 juga tidaklah mudah. Dalam perjalanannya, Mahmudi mencoba menggunakan
berbagai nominal angka dan mengalami
trial-and-error. Walaupun hasil yang didapat sudah memuaskan, Mahmudi mengatakan
bahwa penelitian ini akan terus dilanjutkan untuk lebih memaksimalkan kualitas
katalis yang dihasilkan. (ram/mik/HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar