Teknologi yang semakin canggih mendorong Dr I Gede
Susrama Mas Diyasa ST MT untuk meneliti tentang spermatozoa manusia dalam
disertasi doktoralnya dari Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Berlatar pengalaman tentang pemeriksaan kualitas sperma yang memakan waktu
beberapa hari, penelitian ini mampu mempersingkat sekitar empat jam pemeriksaan
dengan akurat.
Pria yang akrab disapa Gede ini menjelaskan,
permasalahan pada analisa sperma saat ini didasarkan dengan empat hal. Yakni permasalahan
pada peralatan yang digunakan, faktor kemampuan tenaga ahli, kecepatan hasil
pengamatan, dan peralatan yang mahal. “Atas dasar empat hal ini, hasil
pemeriksaan sperma dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat lain,” tutur
pria lulusan sarjana dari Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) ini.
Ia melanjutkan, pemeriksaan spermatozoa manusia dapat
dilakukan dengan mikroskopik dan makroskopik. Untuk pemeriksaan makroskopik
dapat berupa volume, bau, viskositas (kekentalan), warna, pH, dan likuefaksi.
Dari hasil ini dapat ketahuan mana yang normal dan abnormal. “Kalau makroskopik
dapat berupa motilitas (gerakan), densitas (kerapatan massa jenis), dan morfologi
(bentuk),” imbuh pria kelahiran 19 Juni 1970 ini.
Penelitian Gede sendiri berkontribusi pada mencari
variabel analisis kinematika spermatozoa melalui penjejakan spermatozoa dan menentukan
rumusan lintasan sperma aktif. “Dapat menentukan abnormalitas pergerakan
spermatozoa berdasarkan lintasan dengan regresi linear dan m-frame difference,” terang lulusan program Magister Manajemen
Teknologi (MMT) ITS ini.
Gede menuturkan, dari penelitian tersebut akan
diidentifikasi lalu divalidasi dengan pelabelan berdasarkan hasil rekam video
gerakan spermatozoa. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa gerakan sperma
menyerupai gerakan parabola. “Kecepatan spermatozoa dapat diketahui dan mampu
distandarisasi,” ujar ayah satu putri ini.
Dikatakan Gede, menurut hasil salah satu
penelitiannya, dari delapan spermatozoa, empat di antaranya memiliki kecepatan
di atas rata-rata. Sehingga dari percobaan ini mampu mengklasifikasikan pola
pergerakan sprematozoa dalam kelas progresif dan nonprogresif, serta klasifikasi
kelas motilitasnya (gerakan). “Dengan begitu dapat diketahui spermatozoa yang
normal dan yang tidak (normal),” ucapnya.
Gede menyimpulkan bahwa posisi pergerakan spermatozoa
hasil penjejakan dapat dikenali dalam bentuk pola pergerakan lintasan,
berdasarkan jarak posisinya terhadap garis regresi linear. Sedangkan
motilitasnya tidak bergantung pada kecepatan. “Semoga cara ini (hasil
penelitiannya, red) dapat diimplementasikan di masyarakat ke depannya,” pungkas
Gede (qin/HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar