Laman

Sabtu, 13 Juli 2019

Doktor ITS Permudah Analisis Keabnormalan Spermatozoa


Teknologi yang semakin canggih mendorong Dr I Gede Susrama Mas Diyasa ST MT untuk meneliti tentang spermatozoa manusia dalam disertasi doktoralnya dari Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Berlatar pengalaman tentang pemeriksaan kualitas sperma yang memakan waktu beberapa hari, penelitian ini mampu mempersingkat sekitar empat jam pemeriksaan dengan akurat.


Pria yang akrab disapa Gede ini menjelaskan, permasalahan pada analisa sperma saat ini didasarkan dengan empat hal. Yakni permasalahan pada peralatan yang digunakan, faktor kemampuan tenaga ahli, kecepatan hasil pengamatan, dan peralatan yang mahal. “Atas dasar empat hal ini, hasil pemeriksaan sperma dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat lain,” tutur pria lulusan sarjana dari Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) ini.

Ia melanjutkan, pemeriksaan spermatozoa manusia dapat dilakukan dengan mikroskopik dan makroskopik. Untuk pemeriksaan makroskopik dapat berupa volume, bau, viskositas (kekentalan), warna, pH, dan likuefaksi. Dari hasil ini dapat ketahuan mana yang normal dan abnormal. “Kalau makroskopik dapat berupa motilitas (gerakan), densitas (kerapatan massa jenis), dan morfologi (bentuk),” imbuh pria kelahiran 19 Juni 1970 ini.

Penelitian Gede sendiri berkontribusi pada mencari variabel analisis kinematika spermatozoa melalui penjejakan spermatozoa dan menentukan rumusan lintasan sperma aktif. “Dapat menentukan abnormalitas pergerakan spermatozoa berdasarkan lintasan dengan regresi linear dan m-frame difference,” terang lulusan program Magister Manajemen Teknologi (MMT) ITS ini.

Gede menuturkan, dari penelitian tersebut akan diidentifikasi lalu divalidasi dengan pelabelan berdasarkan hasil rekam video gerakan spermatozoa. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa gerakan sperma menyerupai gerakan parabola. “Kecepatan spermatozoa dapat diketahui dan mampu distandarisasi,” ujar ayah satu putri ini.

Dikatakan Gede, menurut hasil salah satu penelitiannya, dari delapan spermatozoa, empat di antaranya memiliki kecepatan di atas rata-rata. Sehingga dari percobaan ini mampu mengklasifikasikan pola pergerakan sprematozoa dalam kelas progresif dan nonprogresif, serta klasifikasi kelas motilitasnya (gerakan). “Dengan begitu dapat diketahui spermatozoa yang normal dan yang tidak (normal),” ucapnya.

Gede menyimpulkan bahwa posisi pergerakan spermatozoa hasil penjejakan dapat dikenali dalam bentuk pola pergerakan lintasan, berdasarkan jarak posisinya terhadap garis regresi linear. Sedangkan motilitasnya tidak bergantung pada kecepatan. “Semoga cara ini (hasil penelitiannya, red) dapat diimplementasikan di masyarakat ke depannya,” pungkas Gede (qin/HUMAS ITS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar