Laman

Sabtu, 31 Agustus 2019

Cegah Bahaya Merkuri, Mahasiswa ITS Manfaatkan Ampas Tebu


Tidak sedikit tambang emas di Indonesia yang menggunakan logam merkuri dalam proses penambangannya. Padahal, jika ditilik lebih jauh merkuri sangat berbahaya apabila terakumulasi dalam tubuh ikan maupun manusia. Menyadari potensi bahaya tersebut, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan metode biosorben dari ampas tebu yang dapat mengikat merkuri.


Tim mahasiswa tersebut terdiri dari Vicario Baroroh, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Rahmad Widyanto. Untuk diketahui, biosorben adalah bahan yang memiliki pori-pori banyak. Sehingga proses adsorpsi (kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain) dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut.

Sekumpulan mahasiswa dari Departemen Kimia tersebut mengaku memilih metode biosorben karena dapat mengurangi kadar bahaya merkuri hingga 92 persen. Setelah kadar berkurang, merkuri masih dapat digunakan kembali untuk memurnikan emas. “Penggunaannya efektif hingga 100 kali permunian,” ujar Vicario Baroroh. Proses uji biosorben merkuri tersebut dilakukan dengan menggunakan karbon aktif dari ampas tebu.

Wanita yang akrab disapa Roroh itu menjelaskan, setelah ampas tebu diaktivasi oleh larutan natrium hidroksida dan hidrogen klorida, hasil aktivasinya dilanjutkan dengan adsorpsi logam merkuri. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas adsorpsi dan isoterm, yaitu nilai perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap.

Berdasarkan hasil pengujian, perlakuan aktivasi ternyata memberikan perubahan ukuran pada adsorben (zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida) yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil dan selektif. “Ukuran kecil inilah yang membantu meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap merkuri,” paparnya.

Menurut Roroh, pemilihan ampas tebu sebagai bahan karbon aktif sendiri bukanlah tanpa alasan. Roroh bersama dua rekannya itu memilih ampas tebu, kendati kandungan selulosanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekam padi maupun jerami.

Dengan kandungan selulosa yang tinggi, lanjut Roroh, maka akan berdampak pula pada kapasitas adsorpsi merkuri yang tinggi. “Selain itu, pemilihan ampas tebu ini pun didasari oleh keberadaannya yang mudah dijumpai di masyarakat,” tuturnya.

Melalui hasil inovasi tersebut, tim yang dibimbing oleh Ir Endang Purwanti S MT ini telah berhasil meraih juara pertama di ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro, beberapa waktu lalu. (cha/mir/HUMAS ITS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar