Saat ini mayoritas suplai kedelai yang ada di
Indonesia masih bersumber dari impor, sehingga harga kedelai lokal pun menjadi lebih
mahal daripada kedelai impor. Berangkat dari permasalahan tersebut, mahasiswa
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya beride merancang aplikasi bisnis
untuk memberikan solusinya dengan nama Kancadele.
Adalah Muhammad Arif Setiadi, Nur Aeni Elmi, dan
Asma’ul Khusna yang merancang aplikasi inovatif tersebut sebagai upaya
menyelesaikan permasalahan impor kedelai di Indonesia. Ketiganya merupakan
mahasiswa dari Departemen Teknik Industri ITS.
Berbicara mengenai kualitas, Muhammad Arif Setiadi beranggapan
bahwa kualitas kedelai lokal saat ini masih belum bisa bersaing dengan kedelai
impor. “Oleh karena itu, aplikasi Kancadele ini kami hadirkan untuk membantu
pemasaran kedelai lokal dan edukasi untuk petani kedelai lokal,” ujar mahasiswa
yang biasa disapa Arif ini.
Arif menjelaskan, aplikasi Kancadele akan membantu
menyederhanakan rantai pasok antara petani kedelai lokal dengan pengrajin
olahan kedelai seperti pembuat tahu, tempe, dan susu kacang kedelai. Sehingga
harga asli kedelai dari petani tidak dapat berubah atau meningkat karena
dipengaruhi oleh para tengkulak, seperti distributor dan wholesaler.
Ditambahkan Arif bahwa visi dari aplikasi ini adalah
bisa membantu produk kedelai lokal Indonesia untuk menjadi lebih unggul
daripada produk impor. Dengan begitu, Kancadele dapat membantu menyejahterakan
petani kedelai dan Indonesia tidak ketergantungan dengan kedelai impor.
Ketika disinggung soal nama Kancadele, Arif mengaku
terinspirasi dari bahasa Jawa. Ia menjelaskan, Kancadele sendiri merupakan
gabungan dari dua kata, yakni kanca
yang berarti teman, dan dele yang
merupakan pengucapan kata kedelai dalam bahasa Jawa. “Melalui nama tersebut
diharapkan aplikasi Kancadele ini dapat menjadi ‘teman’ bagi petani kedelai dan
pelaku industri kacang kedelai di Indonesia,” tuturnya.
Berbekal ide bisnis Kancadele tersebut, tim ini
pun telah sukses meraup dua gelar juara sekaligus sebagai juara kedua dan
ketiga pada kompetisi ide bisnis, beberapa waktu lalu. Dua kompetisi tersebut
yakni Business Plan Competition Hology
(House of Technology) dari Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya dan pada ajang Agribusiness Business Plan Competition (ABPC) 2018 dari Departemen
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. (yus/owi/HUMAS ITS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar